Jumat, 27 November 2009

Balada Polisi Anjing

Tersiar kabar menyebar
di radio di di tivi di koran di internet
tertangkap si cula
enggan tiada komentar
kata orang dia memecat
Anak tukang sampaa
Bukan itu saja masalah akar
raib sekian triliun karet
terengah-engah
lari terpelanting tunggang
tunggang-langgang terbirit
anjing menggonggong kaki tergigit
terkapar infeksi meradang otak
syaraf tercabik

Selasa, 24 November 2009

kerjakan

1. Bacalah paragraf berikut dengan seksama !
(1)Tak berlebihan jika sastrawan Ramadhan K.H melukiskan tanah Sunda lewat novelnya Priangan si Jelita . (2)Betapa tidak, sepanjang mata memandang yang tampak adalah keindahan alam yang tak putus-putusnya. (3)Mulai keasrian kebun the di kawasan puncak, keromantisan suasana kota Bandung, hingga keeksotisan Pantai Pangandaran. (4)Belum lagi seni budayanya yang beragam. (5)Keelokan tanah Sunda memang sungguh luar basa.
Pernyataan umum dalam paragraph tersebutterdapat dalam kalimat nomor…
a. (1) b. (2)
c. (3) d. (4)
e. (5)

2.
Hal itu terlihat dari filsafat wayang yang sarat dengan pesan-pesan moral yang tidak lagi menyentuh hati nurani penontonnya. Mereka lebih tertarik dengan penampilan para pelawak dan penari dangdut yang disisipkan dalam adegan-adegan limbuk-cangik dan goro-goro. Acara hiburan ini berlangsung sampai berjam-jam. Sesudah itu, penonoton banyak yang meninggalkan arena pertunjukan. Adapun sisa waktu yang tinggal sedikit tidak cukup untukmembentangkan jalannya cerita wayang sesuai dengan lakon yang dipergelarkan. Akhirnya, pertunjukan wayang kehilangan intisarinya senagai tuntunan hidup, dan hanya sebagai tontonan yang kurang berbobot.
Isi pokok paragraf di atas adalah…
a. Filsfat wayang yang sarat dengan pesan-pesan moral dirusak dengan selingan hiburan.
b. Acara hiburan ini berlangsung sampai berjam-jam dan sesudah itu penonton banyak yang meninggalkan arena pertunjukan.
c. Sisa waktu yang tinggal sedikit tidak cukup untuk membentangkan jalannya cerita sesuai dengan lakon yang dipergelarkan d. Pertunjukan wayang kehilangan intisarinya sebagai tuntunan hidup dan tinggal sebagai tontonan yang kurang berbobot
e. Penonton lebih tertarik dengan penampilan para pelawak dan penyanyi dangdut yang disispkan dalam adegan-adegan Limbuk-Cangik dan Goro-Goro

3. Dari paragraph diatas ( soal no. 2), apa sebenarnya yang diinginkan penulis?
a. Tidak masalah wayang sebagai sarana hiburan b. Tampilnya pelawak dan penyanyi dangdut merupakan tuntunan
c. Wayang memang harus mengikuti selera penonton d. Wayang harus tetap menjadi tuntunan hidup
e. Wayang sekarang menjadi tontonan tidak berbobot

Selasa, 17 November 2009

karakteristik hikayat

Berikut ini adalah sejumlah ciri-ciri hikayat.
1. Hikayat berisi kisah-kisah kehidupan di lingkungan Istana
princess Pictures, Images and Photos
2. Seperti kebanyakan hasil karya sastra melayu, dalam hikayat banyak peristiwa yang ada hubungannya dengan nilai-nilai Islam
3. Nama-nama tokoh dipengaruhi oleh nama-nama dari Arab
4. Dalam Hikayat ditemukan tokoh dengan karakter diluar batas kewajaran karakter manusia pada umumnya
emoticon Pictures, Images and Photos
5. Salah satu kejanggalan dalam penulisan hikayat yakni tidak ada pemabagian bab atau judul.
6. Juru cerita dalam hikayat tidak pernah disebutkan secara eksplisit
7. Sulit dibedakan peristiwa yang nyata dan peristiwa yang imajinatif
8. Banyak menggunakan kosakata yang kini tak lagi lazim digunakan dalam penulisan sastra maupun dalam berkomunikasi sehari-hari.
9. Seringkali menggunakan kosakata atau pernyataan yang diulang-ulang
10. Peristiwa seringkali tidak logis
11. Tidak bertarikh (tidak disebutkan tahun penciptaan ataupun latar waktunya)

Senin, 16 November 2009

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Irwan. (ed). 1997. “Dari Domestik ke Publik: Jalan Panjang Pencarian Identitas Perempuan”. Dalam Sangkan Paran Gender. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


Asfar, Muhammad. 1996. “Wanita dan Politik: Antara Karier Pribadi dan Jabatan Suami” Dalam Prisma 5, Mei 1996. Jakarta:Pustaka LP3ES Indonesia.

Hassan, Fuad. 1997. “Beberapa Azas Metode Ilmiah” dalam Koentjoroningrat (ed). Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia.

Muafy, Machrus. 1998. “Keadilan Gender Sebuah Revolusi” (dalam DIANNS edisi 38 Th XVIII ).

Pradopo, Rachmat Djoko. 1975. Kesusastraan Indonesia Modern sebelum Perang Dunia II. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

_______________________. 1993. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik dan Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
I. PENDAHULUAN


I.1 Latar Belakang Masalah
Karya sastra merupakan hasil imajinasi dan kreativitas atau daya cipta seorang pengarang. Pengarang menulis tentang apa saja yang menimbulkan keharuan batinnya, dan mendorong untuk berpikir, mencernakan serta mensublimasikan apa yang dilihat, didengar, dirasakannya, dialaminya dan akhirnya dia mencipta). Karya sastra merupakan hasil pemikiran dan imajinasi kreatif pengarang yang tidak dapat dilepaskan dari realita yang mendominasi karya sastra tersebut 1.

Karya sastra memang bukan kenyataan kehidupan sosial, tetapi selalu berdasarkan kenyataan sosial yang mengalami proses pengolahan pengarangnya. Pengarang melahirkan karya-karyanya karena ingin menunjukkan atau melukiskan fenomena-fenomena masyarakat yang tidak lepas dari ide, kreasi dan imajinasi pengarang.

Karya sastra dikatakan sebagai penjelmaan ekspresi melalui bentuk pengungkapan yang indah. Refleksi yang dihasilkan pengarang melalui kreatifitas setelah peristiwa itu terjadi, diseleksi dengan kekuatan imajinatf sehingga menjadikan karya sastra tersebut estetis2. Hakekat karya sastra adalah imajinatif dan estetis. Novel sebagai salah satu jenis karya sastra merupakan pengungkapan dari fragmen kehidupan manusia (dalam jangka yang lebih panjang) dimana terjadi konflik-konflik yang akhirnya menyebabkan terjadinya perubahan jalan hidup antara para pelakunya3.




------------------------------------------------------------------------------------------------
1Mochtar Lubis, Sastra dan Tekniknya, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1996), hal. 37.
2Jakob Sumardjo dan Saini K.M, Apresiasi Kesusastraan, (Jakarta: Gramedia,1991), hal. 3.
3Rachmat Djoko Pradopo, Prinsip-Prinsip Kritik Sastra, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press,1988), hal. 54.

Jumat, 13 November 2009

I. PENDAHULUAN


I.1 Latar Belakang Masalah
Karya sastra merupakan hasil imajinasi dan kreativitas atau daya cipta seorang pengarang. Pengarang menulis tentang apa saja yang menimbulkan keharuan batinnya, dan mendorong untuk berpikir, mencernakan serta mensublimasikan apa yang dilihat, didengar, dirasakannya, dialaminya dan akhirnya dia mencipta (Lubis,1996:37). Karya sastra merupakan hasil pemikiran dan imajinasi kreatif pengarang yang tidak dapat dilepaskan dari realita yang mendominasi karya sastra tersebut (Sumardjo dan Saini,1991:3).
Karya sastra memang bukan kenyataan kehidupan sosial, tetapi selalu berdasarkan kenyataan sosial yang mengalami proses pengolahan pengarangnya. Pengarang melahirkan karya-karyanya karena ingin menunjukkan atau melukiskan fenomena-fenomena masyarakat yang tidak lepas dari ide, kreasi dan imajinasi pengarang.
Karya sastra dikatakan sebagai penjelmaan ekspresi melalui bentuk pengungkapan yang indah. Refleksi yang dihasilkan pengarang melalui kreatifitas setelah peristiwa itu terjadi, diseleksi dengan kekuatan imajinatf sehingga menjadikan karya sastra tersebut estetis. Pradopo (1988:54) menyatakan bahwa hakekat karya sastra adalah imajinatif dan estetis. Novel sebagai salah satu jenis karya sastra merupakan pengungkapan dari fragmen kehidupan manusia (dalam jangka yang lebih panjang) dimana terjadi konflik-konflik yang akhirnya menyebabkan terjadinya perubahan jalan hidup antara para pelakunya. (Esten,1984:12).

contoh kutipan

2.1 Tema
Tema merupakan gagasan atau ide yang mendasari sebuah cerita. JU. Nasution membagi tema menjadi dua yaitu tema mayor dan tema minor, tema-tema yang ada dalam novel La Barka sebagai berikut.
2.1.1 Tema Mayor
Tema mayor merupakan tema besar yang melandasi cerita. Tema mayor novel La Barka adalah ketimpangan peran laki-laki mengakibatkan munculnya permasalahan perempuan.
Ketimpangan peran yang dimaksud di sini, peran sebagai seorang suami tidak dijalankan dengan baik sehingga menimbulkan konflik dalam rumah tangga maupun pada diri perempuan yang terlibat tersebut. Sikap suaminya mulai berubah sejak tahun ke tiga perkawinannya atau sejak anaknya lahir. Saat itu Rina mulai disibukkan sebagai seorang ibu yang mengurus bayinya. Rina sendiri tidak tahu apa yang menyebabkan suaminya itu berubah sikap. Bagi Rina anak merupakan tali pengikat kasih sayang antara seorang istri dengan suami. Tetapi yang didapatkannya sikap suaminya yang mulai kasar, seakan ia tidak mempedulikan kehadiran anaknya. Data di bawah ini menunjukkan tokoh Bonin tidak menjalankan perannya sebagai suami.
…Pada tahun ketiga, anak yang lahir, yang sebetulnya malahan menjadi pengikat halus antara suami dan istri, justru selalu menjadi alasan bagi suamiku untuk mencetuskan kemarahan atau ketidaksenangan hatinya. Sering kali dia pergi malam-malam, hanya disebabkan oleh tangis yang kedengaran lamat-lamat dari kamar bayi. Kalau aku meminta bantuannya agar diantar ke dokter untuk memeriksakan penyakit anak, dengan gusar dia menjawab, bahwa waktunya akan habis untuk mengurusi bayi. Ataukah itu semua hanya bersifat alasan yang dibikin-bikin? Dicari-cari untuk menutupi sesuatu yang sesungguhnya? (LB: 44)

Bagi Rina kekesalan Bonin, suaminya, hanyalah alasan yang dibuat-buat untuk menutupi sesuatu hal yang ia sembunyikan, sehingga perihal anaknya menjadi pelampiasan kemarahan yang sesungguhnya berasal dari luar rumah. Ia tidak menjalankan kewajibannya sebagai seorang suami. Seharusnya Bonin turut menjaga dan merawat anaknya. Tetapi perlakuan yang diperoleh Rina adalah hal sebaliknya. Suami Rina tidak memperhatikan keadaan psikologis Rina yang ingin diperlakukan selayaknya seorang istri. Hal ini yang menyebabkan Rina ingin berontak dan membalas perlakuan suaminya.

Rabu, 11 November 2009

Bagaimana Cara Memerankan Drama?

Memerankan Drama
A. Mengucapkan Dialog dengan lafal yang jelas
B. Membaca Dialog dengan memperhatikan kecukupan volume suara
C. Membaca dialog dengan tekanan yang tepat
Kalimat mengandung pikiran dan perasaan. Keuda hal ini dapat ditangkap oleh orang lain bila pembicaraan menggunakan tekanan secara benar. Tekanan dapat menunjukkan bagian-bagian kalimat yang ingin ditonjolkan
Ada 3 macam tekanan yang bisa digunakan dalam melisankan naskah drama: (1) tekanan dinamik (2) tekanan tempo, dan (3) tekanan nada.
1. Tekanan dinamik ialah tekanan yang diberikan terhadap kata atau kelompok kata tertentu dalam kalimat, sehingga kata atau kelompok kata tersebut terdengar lebih menonjol dari kata-kata yang lain. Misalnya, “Engkau boleh pergi. Tapi tanggalkan bajumu sebagai jaminan!” (Kata-kata yang dicetak tebal menunjukkan seorang diperintahkan melepas baju, bukan melepas yang lain.
2. Tekanan Tempo ialah tekanan pada kata atau kelompok kata tertentu dengan jalan memperlambat pengucapannya. Kata yang mendapatkan tekanan tempo diucapkan seperti mengeja suku katanya. Misalnya, “Engkau boleh pergi, tapi, tang-gal-kan ba-ju-mu sebagai jaminan!” Pengucapan kelompok kata dengan cara memperlambat seperti itu merupakan salah satu cara menarik perhatian untuk menonjolkan bagian yang dimaksud.
3. Tekanan nada ialah nada lagu yang diucapkan secara berbeda-beda untuk menunjukkan perbedaan keseriusan orang yang mengucapkannya. Misalnya, “Engkau boleh pergi. Tapi tanggalkan bajumu sebagai jaminan!” bisa diucapkan dengan tekanan nada yang menunjukkan “keseriusan” atau “ancaman” Jika diucapkan secara tegas mantap. Akan tetapi, kalimat tersebut bisa juga diucapkan dengan nada bergurau jika pengucapannya disertai dengan senyum dengan nada yang ramah
Perisiapan pementasan meliputi: (1) memlih bagian naskah yang akan didramatisasikan dan memahami isi naskah/khususnya watak tokoh; (2) melakukan pemilihan peran; (3) berlatih membaca naskah; (4) merancang setting; (5) berlatih aktin; (6) mendramatisasikan fragmen yang telah dipilih

D. Memlih dan memahami Naskah yang akan didramatisasikan
E. Mengidentifikasi Watak Tokoh

Drama, Penggalan Kehidupan Utuh

Drama ialah karangan yang ditulis untuk dipentasan. Drama disebut juga sandiwara, tonil atau lakon. Istilah sandiwara diciptakan oleh KGPAA Mangkunegara VII. Istilah sandiwara berati ajaran (Pendidikan) secara tersamar. (Sandi-tersamar-rahasia; warah-nasihat, ajaran). Istilah Sandiwara digunakan untuk mengganti istilah toneel yang dirasakan kebarat-baratan.
Drama tertua lahir di Yunani, Yaitu “The Suppliant” Karangan Aeschylus (525 – 456 s.M). Penulis lakon drama yang terkenal bangsa Yunani ialah Sophocles (495 – 406 s.M). Dengan hasil karyanya yang terkenal Antigone dan Oedipus tyranus
Unsur-unsur pembantu sebuah drama dalam pementasan antara lain :
1. Babak, Yaitu bagian dari suatu lakon.
Drama satu babak adh drama yang adegannya terjadi pada satul setting saja.
2. Adegan, Yaitu bagian dari suatu babak yang ditandai perubahan pemain.
3. Prolog, yaitu kata pendahuluan sebagai pengantar suatu lakon
4. Dialog, yaitu percakapan antar pelaku dalam pementasan
5. Monolog, yaitu percakapan seorang pelaku dengan dirinya sendiri
6. Epilog, yaitu kata penutup yang mengakhiri suatu lakon (pementasan).
7. Mimik yaitu ekspresi (gerak-gerik) air muka pelaku untuk memberikan gambaran emosi.
emoticons Pictures, Images and Photos
8. Pantomim, yaitu ekspresi (gerak-gerik) anggota tubuh untuk menggambarkan emosi pelaku
langeneus - emoticon Pictures, Images and Photos
b. Jenis Drama menurut isi lakonnya.
Menurut isi lakon, drama dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tragedi dan komedi.
1. Tragedi
Tragedi adalah drama yang penuh kesedihan karena kemalangan yang dialami pelaku
Waaaa Pictures, Images and Photos
2. Komedi
Komedi adalah drama yang penuh dengan kelucuan (Penggeli hati)
babi Pictures, Images and Photos
3. Tragedi dan komedi
Drama tragedi dan komedi adalah drama yang penuh kesedihan tetapi
juga mengandung hal-hal yang menggembirakan/lucu
4. Opera
Opera adalah drama yang berisi nyanyian dan musik
5. Operet
Operet merupakan drama jenis opera yang pendek
6. Tablo
Tablo adalah drama tanpa kata dan gerak-gerik si pelaku.
7. Dagelan
Dagelan adalah drama yang berisi lawakan, pengocok perut.
8. Drama minikata
Drama minikata adalah drama yang dalam pementasannya hampir tidak
menggunakan kata.
9. Sandratari
Sandratari adalah gabungan drama tari, tanpa dialog

c. Jalannya Lakon
Tahap Rangkaian peristiwa (plot) yaitu :
1. Pada tahap Eksposisi/situation, pengarang memperkenalkan masalah, tokoh dan karakter tkoh, serta waktu dan tempat terjadinya peristiwa
2. Pada tahap konflik awal/ricing generation, tokoh mulai terlibat persoalan dengan tokoh lain, baik secara individual maupun kelompok. Biasanya konflik ini merupakan titik tolak untuk membangun konflik lain yang lebih panas.
3. Pada tahap KOmplikasi /ricing circumstance, tokoh terlibat persoalan yang lebih serius, baik dengan tokoh yang telah berkonflik sebelumnya, atau dengan tokoh lain, sehingga konflik semakin menajam. Masing-masing tokoh semakin memperlihatkan keinginan atau tujuan yang hendak dicapainya.
4. Pada tahap kilmaks/climax konflik menajam bergerak ke arah puncak. Masing-masing tokoh memberikan pilihan atau tawaran jalan keluar. Tokoh jahat dan tokoh baik sama-sama berusaha menggapai keinginanya. Untuk itu, masing-masing tokoh dapat memanfatkan tokoh lain untuk memihak kepadanya. Akan tetapi, perangai tokoh akan menentukan jalan keluar yang dipilih. Tokoh baik lebih menyukai jalan keluar yang memenangkan tujuannya. Sebaliknya tokoh jahat akan memilih penyelesaian yang sesuai dengan keinginan dirinya pula.
5. Pada tahap penurunan laku/anti klimaks, konflik mulai mereda. Masing-masing tokoh menempuh penyelesaian yang diputuskan masing-masing dengan atau tanpa kesepakatan
6. Pada tahap penyelesaian/Denaument, pertentangan antarkekuatan telah berakhir. Jika penulis naskah menghendaki tema untuk mengedepankan kebaikan. Lazimnya tokoh antagonis akan mengalami kekalahan. Akan tetapi, jika pengarang ingin menunjukkan bahwa sebuah kebaikan itu tidak meudah diraih, maka biasanya tokoh baik diletakkan pada posisi kalah

Bijaklah dalam Meresensi

Mencermati Prinsip-prinsip Penulisan Resensi
Untuk membuat sebuah resensi yang baik, penulis harus menetapkan sasaran-sasaran dalam menilai sebuah buku atau hasil karya sebagai berikut :
1. Latar Belakang
Bagian ini menyajikan tema secara singkat ditambah dengan deskripsi mengenai buku
2. Jenis Buku
Penulis resensi perlu menunjukkan kepada pembaca mengenai jenis buku yang diresensinya; apakah roman, bibliografi, buku filsafat, buku ilmu pengetahuan, cerita ditektif, dan sebagainya.

3. Keunggulan Buku
Ada empat hal yang digunakan penulis redensi untuk menunjukkan keunggulan buku, yakni:
a. Organisasi
Maksudnya adalah jerabgja buku itu, Apakah hubungan antara satu bagian denan bagian yang lain harmonis, jelas, dan memperlihatkan perkembangan yang masuk akal atau tidak.
a. Isi
Mempersoalkan bagaiman isi buku tersebut, apakah pengarang memberikan detail, teliti, memberikan sugestinya, atau tidak .
a. Bahasa
Menilai bahasa yang digunakan dalam buku itu. Bahasa yang digunakan untuk buku ilmiah dan buku sastra jelas berbeda. Bahasa Untuk karya ilmiah harus bersifat denotatif, hanya boleh menimbulkan satu penafsiran, sedangkan bahasa sastra memungkinkan orang mengembangkan imajinasinya sehingga dapat menimbulan konotasi.
a. Perwajahan Buku
Mengulas perwajahan buku (Layout), Misalnya apakah terdapat salah cetak. Demikian pula tentang keserasian tata letak, gambar, dan kulit buku, dapat diulas di sini.
4. Nilai Buku
Nilai buku terlihat pada kelebihan dan kekurangan buku tersebut. Berdasarkan penilaian tersebut, penulis resensi memberikan penilain kepada para pembaca; apakah buku itu patut dibaca atau tidak.
Langkah-langkah yang dapat dalam menyusun resensi
• Mencatat Judul Buku, Nama Pengarang, Nama Penerbit, Tahun terbit, Kota tempat penerbit, Tebal, Harga, Pengalih bahasa (Jika buku terjemahan)
• Mendaftar pokok-pokok isi buku
Jika meresensi buku jenis fiksi (misalnya: novel atau roman) maka pokok-pokok tersebut adalah : Tema; Tokoh dan perwatakan; Alur; Sudut pandang; gaya bahasa; Latar (Setting) cerita.
3. Mengungkapkan keunggulan dan kekurangan isi buku
4. Memberikan saran yang dapat ditambahkan pada buku.
5. Menulis resensi dengan memperhatikan kelengkapan unsur Resensi.

Menulis Resensi dengan Ejaan yang benar
Pada umumnya menulis resensi, kita harus tetap memperhatikan penggunaan ejaannya, seperti penulisan kata, penggunaan tanda baca, dan termasuk penggunaan huruf. Perhatikan contoh berikut!

Periode pasca-Orde Baru membuka peluang bagi suara-suara Ideologi Komunis yang semula terbungkam. Beberapa buku sejarah di sekitar G30S/PKI yang dilihat dari perspektif mantan tahanan politik PKI, diterbitkan. Para mantan tapol itu juga mulai berani berjuang membersihkan citra diri yang sebelumnya dinodai penguasa Orde Baru.

Gejala mutakhir adalah penerbitan ulang karya-karya sastra tokoh PKI dari zaman kolonial Belanda, tepatnya awal abad XX. Misalnya karya Mas Marco yang berjudul Student Hijo. Penerbitan karya-karya sasta itu tidak hanya memberi sumbangan dalam pembersihan nama. Melainkan juga bagi sejarah sastra Indonesia

Cermat dalam Menyusun Proposal

Menulis Proposal untuk berbagai keperluan

Usulan Kegiatan diajukan untuk mendapat persetujuan dari pihak yang berwenang. Umumnya usulan kegiatan berisi program kerja yang berwewenang berhak memberikan persetujuan atau menolak usulan kegiatan sesuai peraturan yang berlaku dan kelayakan usulan yang disampaikan. Usulan kegiatan disampaikan dengan menyertakan surat pengant. Pihak yang berwenang selanjutnya memberikan balasan tertulis yang berisi persetujuan, saran-saran perbaikan usulan sebelum disetujui, atau penolakan atas usulan yang disampaikan
Rencana (program) Kegiatan berisi jabaran umum kegiatan yang akan dilakukan selama kurusn waktu tertentu. Misalnya selama satu tahun. Program kegiatan selanjutnya dijabarkan dalam bentuk program kerja yang akan dilaksanakan. Setiap kegiatan yang akan dilaksanakan direncanakan terlebih dahulu secaa matang dalam bentuk usulan kegiatan (Proposal). Untuk mendapatkan persetujuan pelaksanaan program kerja dari pihak yang berwenang, program kerja diusulkan terlebih dahulu secara tertulis dan menyeluruh dalam bentuk usulan kegiatan (proposal)

Dalam Membuat Proposal Anda harus mampu memahami beberapa hal di bawah ini
a. Pemilihan Program atau kegiatan
Kegiatan yang akan anda laksanakan merupakan program yang penting, perlu, atau mendesak. Hal ini kamu yakinkan dalam Latar belakang.
Latar belakang antara lain:
 Alasan-alasan pentignyauntuk melakukan kegiatan tersebut (baik secara praktis ataupun teoritis)
 Hal-hal yang melatarbelakangi perlunya kegiatan itu dilaksanakan.
b. Tujuan
Dalam bagian ini, disampaikan hal-hal positif yang dapat dicapai melalui kegiatan terebut.
c. Panitia Penyelenggara
Merupakan pihak-pihak/orang-orang yang terpilih sebagai pelaksana. Pihak-pihak ini haruslah mereka yang benar-benar dapat bekerja sama dengan baik.
d Alokasi Dana
Masalah perhitungan dana, umumnya membutuhkan diskusi yang cermat dan pernuh pertimbangan. Dalam Alokasi dana, pandai-pandailah mencari donatur/sponsor yang tidak terlalu mengika. Proposal memang lazim digunakan sebagai alat untuk mencari dana
e. Pelaksanaan
Penyusunan mata acara harus dilakukan dengan pertimbangan yang baik dan matang
Mengaplikasikan Prinsip-prinsip penulisan Referensi

Resensi Buku merupakan pertimbangan atau ulasan tentang sebuah buku. Dalam membuat resensi kita perlu melakukan penilaian terhadap kualitas buku, ditinjau dari berbagai segi. Penilaian yang dilakukan didasarkan pada argumentasi dan bukti yang dapat dipertanggungjawabkan.
Cerita pendek atau sering disingkat sebagai cerpen adalah suatu bentuk prosa naratif fiktif. Cerita pendek cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi yang lebih panjang, seperti novella (dalam pengertian modern) dan novel. Karena singkatnya, cerita-cerita pendek yang sukses mengandalkan teknik-teknik sastra seperti tokoh, plot, tema, bahasa dan insight secara lebih luas dibandingkan dengan fiksi yang lebih panjang. Ceritanya bisa dalam berbagai jenis.



Cerita pendek berasal dari anekdot, sebuah situasi yang digambarkan singkat yang dengan cepat tiba pada tujuannya, dengan parallel pada tradisi penceritaan lisan. Dengan munculnya novel yang realistis, cerita pendek berkembang sebagai sebuah miniatur, dengan contoh-contoh dalam cerita-cerita karya E.T.A. Hoffmann dan Anton Chekhov.



Cerita pendek berasal-mula pada tradisi penceritaan lisan yang menghasilkan kisah-kisah terkenal seperti Iliad dan Odyssey karya Homer. Kisah-kisah tersebut disampaikan dalam bentuk puisi yang berirama, dengan irama yang berfungsi sebagai alat untuk menolong orang untuk mengingat ceritanya. Bagian-bagian singkat dari kisah-kisah ini dipusatkan pada naratif-naratif individu yang dapat disampaikan pada satu kesempatan pendek. Keseluruhan kisahnya baru terlihat apabila keseluruhan bagian cerita tersebut telah disampaikan.

Prosa Lama yang Konvensional tapi Nyentrik

MEMBACA DAN MENGANALISIS HIKAYAT
A. Mengidentifikasi Ciri-ciri Hikayat sebagai bentuk
Karya Sastra lama
Hikayat mengajak kalian memasuki dunia masa lalu dengan seluruh sistemnya. Kalian akan memasuki wilayah sistem material yang tercermin pada lingkungan fisik kehidupan tokoh, sistem sosial yang menggambarkan tata krama yang mengatur interaksi sosial tokoh, dan sistem nilai yang menunjukkan keyakinan, pandangan, dan harapan tokoh. Meskipun kisah dalam hikayat tidak lagi sesuai dengan konteks sosial modern, tetapi di dalamnya terkandung contoh-contoh peristiwa kehidupan yang dapat dipetik hikmahnya.

Berikut ini adalah sejumlah ciri-ciri hikayat.
1. Hikayat berisi kisah-kisah kehidupan di lingkungan Istana
2. Seperti kebanyakan hasil karya sastra melayu, dalam hikayat banyak peristiwa yang ada hubungannya dengan nilai-nilai Islam
3. Nama-nama tokoh dipengaruhi oleh nama-nama dari Arab
4. Dalam Hikayat ditemukan tokoh dengan karakter diluar batas kewajaran karakter manusia pada umumnya
5. Salah satu kejanggalan dalam penulisan hikayat yakni tidak ada pemabagian bab atau judul.
6. Juru cerita dalam hikayat tidak pernah disebutkan secara eksplisit
7. Sulit dibedakan peristiwa yang nyata dan peristiwa yang imajinatif
8. Banyak menggunakan kosakata yang kini tak lagi lazim digunakan dalam penulisan sastra maupun dalam berkomunikasi sehari-hari.
9. Seringkali menggunakan kosakata atau pernyataan yang diulang-ulang
10. Peristiwa seringkali tidak logis
11. Tidak bertarikh (tidak disebutkan tahun penciptaan ataupun latar waktunya)

Menulis itu kegiatan Ekspresif Batin

Opini, Tajuk, Kolom
(sebuah uraian singkat)
Oleh Rosidi
Oleh Rosidi
Menulis opini (artikel) di media massa adalah pekerjaan yang mengasyikkan. Bukan sekadar karena uang (honor) yang akan kita terima atau kita akan dikenal oleh banyak orang karenanya. Lebih dari itu, kita juga telah berbagi ide (gagasan) tentang sebuah persoalan.
A. menggali ide
kita mau menulis apa? Itu pertanyaan awal yang harus diajukan. Setelah ketemu, ada tema, maka cobalah analisis masalah (tema) yang akan kamu angkat dalam sebuah tulisan. Riset data. Diskusi lah dengan banyak orang. Sehingga analisis kamu terhadap tema itu benar – benar menjadi sebuah analisis kritis dan tajam, dengan tawaran solusi (problem solving) yang sangat brillian.
C. Kumpulkan data dan refference (buku, majalah, koran, hasil penelitian dan lain sebagainya)
Data dan refference, berguna sekali untuk membangun analisis kita terhadap permasalahan yang akan kita tulis dan sebagai penguat analisis.
Sekarang, waktunya mulai menulis. Menulislah. Bebaskan pikiran anda untuk menganalisis masalah yang anda tulis. Sehingga, gagasan yang anda tawarkan nanti adalah gagasan original yang bermutu
III. Kolom
Kolom adalah tulisan sederhana tentang berbagai hal yang ada di sekitar kita. Tulisan ini biasanya menggunakan bahasa yang mudah dipahami, merakyat, kadang juga penuh canda.
Karena II. Tajuk (Editorial)
Sebenarnya antara tajuk dan opini nggak jauh berbeda. Sebagaimana opini, yang, aktualitas menjadi pertimbangan, Tajuk juga demikian. Bedanya adalah, kalau opini, semua orang bisa menulis. Sementara Tajuk (editorial), Pemimpin Redaksi lah yang berwenang dan mempunyai hak untuk menuliskannyaTajuk merupakan sikap redaksi terhadap masalah yang disorotinya.
E. editing
Ini adalah proses yang harus dilakukan, untuk meneliti, apakah tulisan kita bagus atau nggak. Apakah sesuai dengan EYD? Atau, layak atau tidakkah tulisan yang kita buat itu, untuk dimuat di media massa?
B. Membuat kerangka tulisan secara detail
membuat tulisan baik ilmiah maupun populer, sebenarnya sama saja. Pembukaan, isi (content) dan penutup. Kerangka dibuat adalah untuk memudahlan dan mensistematiskan tulisan agar runut dan enak dibaca.
Namun, menulis kolom tidaklah mudah. Karena ia harus peka terhadap lingkungan sosialnya. Apa saja bisa menjadi tulisan kolom. Banyaknya Anak – anak jalanan di sekitar Bangjo lalu lintas, di tangan Cak Nun akan menjadi kolom yang sangat analitis dan mengesankan. Dengan berbagai pandangan yang merakyat khas Kyai Kanjeng tentunya.
Banyaknya orang yang mengaji ke tempat seorang Habib di Kwitang Jakarta, di tangan Gus Dur, menjadi sebuah tulisan kolom yang menarik untuk dibaca. Lalu lalang Bus Kota, banyaknya pedagang dadakan, menjadi inspirasi tersendiri bagi Gus Dur untuk menuliskannya dalam sebuah kolom.
Nah, silakan anda menulis tentang apa saja di sekitar anda. Yakinlah bahwa anda bisa.
………………………………………………………………………………………
Banyaknya orang yang mengaji ke tempat seorang Habib di Kwitang Jakarta, di tangan Gus Dur, menjadi sebuah tulisan kolom yang menarik untuk dibaca. Lalu lalang Bus Kota, banyaknya pedagang dadakan, menjadi inspirasi tersendiri bagi Gus Dur untuk menuliskannya dalam sebuah kolom.
Nah, silakan anda menulis tentang apa saja di sekitar anda. Yakinlah bahwa anda bisa.

Rabu, 04 November 2009

Menulis

EKSPOSISI
BAB I

1. Pendahuluan
Pengertian tulisan ilmiah dapat dilihat dari dua sudut, yaitu sudut bahasa dan sudut analisis ilmiah. Dari sudut bahasa, tulisan ilmiah menggunakan bahasa teknis yang diwarnai istilah-istilah sesuai dengan bidang garapannya, bahasa yang obyektif-rasional. Bahasa yang teknis dan obyektif-rasional ini hanya memungkinkan dibaca oleh pembaca dengan pendidikan dan pengetahuan yang tinggi. Penentu utama yang akan digunakan dalam tulisan ilmiah adalah sasaran atau khayalak dari tulisan itu, yaitu mereka yang berpendidikan akademis atau perguruan tinggi.
Setiap karya ilmiah menuntut penulisnya menguasai sejumlah prasyarat berikut:
1. Aspek-aspek kebahasan: kosa kata, tatabahasa, sintaksis, dasar gaya bahasa.
2. Menguasai topic bahasan dengan baik, serta menguasai kerangka acuan atau prinsip ilmiah dari topic dan bidang yang akan di tulisnya.
3. Memiliki kemampuan penalaran yang baik untuk menganalisa dan memecahkan persoalan yang dihadapi.
4. Menguasai kemampuan analisa bidang ilmunya untuk memecahkan obyek garapannya dengan kritis.
5. Menguasai dan menerapkan metode-metode dan teknik pengumpulan dan pengolahan data secara tepat.

Agar gagasan-gagasan yang dituangkan dalam sebah tulisan dapt mencapai sasaranyang diinginkan, maka setiap penulis hendaknya menyadari tiga kebenaran dasar di bawah ini.
1. Apa yang di sampaikan dalam sebuah tulisan, tidak selalu diterima sama baiknya oleh setiap orang. Ada yang menangkap hanya sedikit dariapa yang dikemukakan dan ada yang sama sekali tidak mampu menangkap tulisan itu.
2. Maka yang disampaikan itu berada dalm pikiran penulisnya, bukan dalamkaya atau symbol yang akan digunakannya.
3. Komunikasi verbal selalu mengandung cacat.

Karena itu sebuah komunikasi, entah melalui tulisan entah secara lisan, selalu tidak akan sempurna atau tidak sama kualitasnya.


2. Wacana sebagai bentuk bahasa
Pengertian wacana dapat di batasi dari dua sudut yang berlainan. Pertama dari sudut bentuk bahasa, dan kedua, dari sudut tujuan umum sebuah karangan yang utuh atau sebagai bentuk sebuah komposisi.
Wacana adalah bentuk bahasa di atas kalimat yang mengandung sebuah tema. Satuan bentuk yang mengandung tema ini biasanya terdiri daari alenia-alenia, anak-anak bab, bab-bab, atau karangan-karangan utuh. Jadi, tema merupakan cirri sebuah wacana. Tanpa tema tak ada wacana.

3. Wacana sebagai bentuk komposisi
Di pihak lain, pengertian wacana dapat ditinjau dari sudut sebuah komposisi atau karangan yang utuh. Dalam hal ini landasan yang utama untuk membeda-bedakan karangan satu dari karangan yang lain adalah tujuan umum yang ingin yang di capai dalam sebuah karangan.
Tujuan umum yang akan di capai dalam sebuah karangan utuh di pengaruhi dan ditentukan oelh kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan dasar itu dapat beujud:
1. Keinginan untuk memberi informasi kepada orang lain dan memperoleh informasi dari orang lain.
2. Keinginan unruk menyakinkan seseorang mengenai kebenaran atau suatu hal.
3. Keinginan untuk menggambarkan atau menceritakan bagai mana bentuk atau wujud suatu barang atau obyek.
4. Keinginan untuk menceritakan pada orang lain kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa yang terjadi.
Tiap kebutuhan dasar tersebut akan melandasi corak dasar dari sebuah karangan, yang secara khusus mewarnai tujuan umum sebuah karangan.berdasarkan tujuannya, karangan –karangan yang utuh dapat di bedakan atas:
1. Eksposisi : dari sudut penulis memenuhi keinginan manusia untuk memberi informasi kepada orang lain, atau dari sudut pembaca berkeinginan untuk memperoleh informasi dari orang lain mengenai suatu hal.
2. Argumentasi : dari sudut penulis keinginan untuk menyakinkan pendengar atau pembaca mengenai suatu kebenaran dan lebih jauh mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain. Sedangkan dari pihak pembaca dan pendengar, mereka ingin mendapat kepastian tentang kebenaran itu.
3. Persuasi : wacana persuasive sebenarnya merupakan sebuah varian argumentasi. Wacana ini lebih condong untuk mempengaruhi manusianya dari pada mempertahankan kebenaran mengenai suatu obyek tertentu.
4. Deskripsi : penulis atau pembicara berkeinginan untuk menggambarkan atau menceritakan bagaimana bentuk atau wujud suatu barang atau obyek.
5. Narasi : penulis atau pembicara ingin menceritakan pada orang lain kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa yang terjadi.

EKSPOSISI
A. Pengertian eksposisi
Eksposisi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menguraikan suatu obyek sehingga memperluas pandangan atau pengetahuan pembaca. Wacana ini di gunakan untuk menjelaskan wujud atau hakekat suatu obyek, misalnya menjelaskan pengertian kebudayaan, komunikasi, perkembangan teknologi, pertumbuhan ekonomi kepada pembaca.
B. Teknik penulisan eksposisi
Sebuah eksposisi biasanya diwarnai oleh sifat topik yang di garap dan teknik penyajiannya yang di gunakan keterampilan penulis memadukan kedua unsur itu dengan jaminan bahasa yang baik dan lancar akan menandai kualitas sebuah eksposisi. Sebagai bentuk tulisan yang paling umum di garap, eksposisi tetap mengandung tiga bagian utama, yaitu sebuah pendahuluan, tubuh eksposisi dan kesimpulan.
1. Pendahuluan
Pendahuluan adalah penyajian latar belakang, alas an memilih topik itu, pentingnya topic, luas lingkup, batasan pengertian topic, permasalahan dan tujuan penulisan, kerangka acuan yang di gunakan.
2. Tubuh eksposisi
Agar uraian mengenai tubuh atau isi eksposisi ini di sajiakn denagn teratur, penulis harus mengembangkan sebuah organisasi atau kerangka terlebih dahulu. Berdasarkan organisasi, penulis kemudian menyajikan uraian mengenai bagian secara terperinci, sehingga konsep atau gagasan yang ingin di informasikan pada para pembaca tampak jelas.

3. Kesimpulan
Penulis akhirnya menyajikan kesimpulannya mengenai apa yang di sajikan dalam isi eksposisi. Sesuai dengan sifat eksposisi, apa yang di simpulkan tidak mengarah kepada usaha mempengaruhi para pembaca.



4. Argumentasi
A. pengertian argumentasi
Argumentasi adalah semacam bentuk wacana yang berusaha membuktikan suatu kebenaran. Lebih jauh sebuah argumentasi berusaha mempengaruhi serta mengubah sikap dan pendapat orang lain untuk menerima suatu kebenaran dengan mengajukan bukti-bukti yang di argumentasikan.
Argumentasi di bedakan dari ketiga bentuk wacana yang lain karena fungsi utamanya adalah membuktikan. Secara longgar dalam ketiga bentuk wacana lain dapat juag menjumpai unsure pembuktian, namun pembuktian dalam ketiga wacana tadi sangat berbeda dengan sifat pembuktian dalam argumentasi
Pembuktian dalam argumentasi dari ketiga wacana lain (eksposisi, diskripsi, narasi) dalam dua aspek berikut:
Pertama, metode pembuktian dalam argumentasi di reduksi atau di susutkan hingga menjadi atau berdasarkan suatu ilmu yang dikenal sebagai logika.
Kedua, argumentasi sering bertalian dengan masalah kebijaksanaan dalam arti bahwa kebijaksanaan bertalian dengan apa yang seharusnya di lakukan berdasarkan setandart tertentu, dari pada apa yang benar.
B. teknik penulisan argumentasi
Seperti jenis tulisan lainnya argumentasi selalu terdiri dari bagian utama, yaitu pendahuluan, isi argumentasi, kesimpulan.
1. Pendahuluan
Pendahuluan berfungsi menarik perhatian pembaca dengan menyajikan fakta-fakta pendahuluan untuk memusatkan perhatian untuk memahami argumentasi yang akan disampaikan nanti dalam isi karangan
2. Isi argumentasi
Seluruh isi argumentasi di arahkan pada usaha penulis untuk manyakinkan pembaca mengenai kebenaran dari masalah yang di kemukakannya, sehingga kesimpulannya juga benar.
Kebenaran dalam penalaran dan konklusi itu mencakup beberapa kemahiran :
Kecermatan menyeleksi fakta yang benar, kekritisan dalam memberikan nilai; penyajian atau penyusunan bahan secara baik dan teratur, penyajian fakta, evidensi, kesaksian, perumusan premis, dan sebagainya dengan benar.
3. Kesimpulan
Penulisan haru memperhatikan bahwa kesimpulan yang di turunkan tetap menjaga pencapaian tujuan, yaitu membuktikan kebenaran untuk mengubah sikap dan pendapat pembaca. Kebenaran dalam isi argumentasi, atau dapat di buat semacam rangkuman umum dari materi yang telah di kemukakan.
6. Persuasi
A. pengertian dan dasar persuasi
Persuasi adala suatu bentu wacana yang merupakan penyimpangan dari argumentasi, dan khusus berusaha mempengaruhi orang lain atau para pembaca agar para pendengar atau pembaca melakukan sesuatu bagi orang yang mengadakan persuasi, walaupun yang di persuaisi sebenarnya tidak terlau percaya akan apa yang di katan itu.
B. teknik penyajian
Persuasi sebagai sebuah tulisan yang mirip argumentasi,mengikuti jiwa sebuah argumentative, kecuali pada sasaran untuk mencapai kesepakatan. Kesepakatan dalam persuasif adalah kesepakatan psikologis, agar pembaca melakukan sesuatu atau menerima sesuatu seperti yang dikemukakan penulis.
7. Deskripsi
Deskripsi adalah semacam bentuk wacana yang berusaha menyajikan suatu obyek atau suatu hal sedemikian rupa,sehingga obyek itu seolah-olah berada di depan mata kepala pembaca,seakan-akan para pembaca melihat sendiri obyek itu.
8. Narasi
Narasi adalah semacam bentuk wacana yang berusaha menyajikan suatu peristiwa atau kejadian , sehingga peristiwa itu tampak seolah-olah dialami sendiri oleh para pembaca. Narasi menyajikan peristiwa dalam sebuah rangkaian peristiwa kecil yang bertalian.
9. karya ilmiah dan fiksi
Denga memperhatikan uraian diatas, keempat wacana diatas dapat dikelompokkan lagi atas dua kelompok yaitu eksposisi dan argumentasi sebagai wacana ilmiah serta deskripsi dan narasi sebagai wacana fiktif. Sasaran wacana ilmiah adalah rasio,yaitu agar para pembaca memperoleh pengalaman intelektual atau pengetahuan dengan menyodorkan fakta-fakta,sedangkan wacana fiktif adalah kesan atau pengalaman mental dengan menyodorkan realitas-realitas.
10. Perbedaan eksposisi dan argumentasi
Sebagai bentuk wacana untuk karya-karya ilmiah, eksposisi dan argumentasi di samping mengandung titik singgung sebagai telah di kemukakan di atas, demikian sebaliknya.
Perbedaan utama adalah sebagai berikut:
1. Tujuan : eksposisi berusaha untuk menjelaskan atau menerangkan suatu pokok persoalan tanpa usaha mempengaruhi pembaca, sebaliknya argumentasi berusaha untuk membuktikan suatu kebearan dari suatu pokok persoaalan agar pembaca mengubah sikap dan pendapatnya.
2. Keputusan : dalam eksposisi penulisan penyerahan keputusannya kepada pembaca, untuk menerima atau tidak meneriama apa yang di katakana oleh penulis.
3. Gaya penyajian : karena semua alasan sebagai di kemukakan di atas, maka cara penyajian dalam eksposisi lebih condong ke gaya informative. Sehinnga pembaca dapat menangkap informasinya dengan mudah.
4. Gaya bahasa : gaya penyajian dalam kedua jenis wacana mempengaruhi pola gaya bahasa yang di gunakan, gaya bahasa yang di gunakan adalah bahasa bahasa berita tanpa rasa subyektif dan emosional.
5. Fakta : perbedaan terakhir antara eksposisi dan argumentasi adalah menyangkut penggunaan fakta. Atau kesimpulan yang di kemukakan itu menjadi lebih konkret.
11. Syarat-syarat menulis karya ilmiah
Pada hakikatnya sebuah eksposisi berusaha untuk memperluas pandangan dan pengetahuan seseorang mengenai obyek yang di garapnya oleh sebab itu, dalam usaha untuk mencapai tujuan tersebut, seorang pengarang harus memenuhi syarat di bawah ini. Pertama-tama, ia harus mengetahui sedikit tentang subyek atau topic garapannya. Dan syarat lainnya adalah untuk menulis sebuah eksposisi dengan baik adalah kemampuan untuk menganalisa persoalan tersbut secara jelas dan konkret. Semakin analisa dan evaluasi yang diadakan, semakin baik nilai eksposisi yang di tulisnya.
12. Metode-metode eksposisi dan argumentasi
Kemampuan dan keterampilan menganalisa dapat diperoleh melalui pendidikan dan latihan-latihan secara sistematis, khususnya melalui metode analisa. Di bawah ini dikemukakan beberapa metode yang biasa dipergunakan dalam karya-karya ilmiah untuk mencapai dua tujuan:
1. Mengenal wujud karya ilmiah itu lebih mendalam
2. Mengenal teknik analisa untuk menulis sebuah karya ilmiah dengan baik.









BAB II
METODE IDENTIFIKASI

1. Batasan Pengertian

Dalam eksposisi ada tiga istilah yang digunakan secara tupang tindih yaitu identifikasi, deskripsi (teknis) dan analisa.
Identifikasi adalah suatu metode untuk menggarap sebuah eksposisi sebagai jawaban atas pertanyaan: Apa itu ? Siapa itu ?.

2. Cara Mengidentifikasi
Dalam pergaulan kita sehari-hari, untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti Siapa itu? Atau Apa itu ? biasanya dilakukan dengan beberapa cara. Semua cara itu mempunyai tujuan yang sama, yaitu,agar orang mengenal dengan tepat obyek itu.
1. Metode ostensi
Yaitu suatu cara menjelaskan suatu obyek dengan langsung menunjuk barang, obyek, atau orang yang di tanyakan itu, bila orang atau barang itu berada di sekitar pihak yang terlibat komunikasi.
2. Demonstrasi
Yaitu suatu metode untuk menjelaskan makna suatu istilah, terutama yang termasuk dalam kelompok aksi, dengan memperagakan aksi tersebut. Melaui demonstrasi orang-orang keidentikan suatu kata atau istilah dengan perilaku fisik obyeknya itu.
3. Dengan gambar dan tulisan
Teknik menjelaskan makna suatu kata, juga dapat dilakukan dengan menggambarkan obyek atau peristiwa yang ditanyakan serta diberikan keterangan tertulis pada obyek tadi. Teknik ini sering di pakai dalamk buku pelajaran terutama pendidikan dasar dan menengah untuk lebih mengkonkritkan istilah yang dipelajari.

4. Perbedaan identifikasi dan deskripsi
Metode ini lebih komplek karena sudah termasuk dalam tulisan, entah tulisan yang panjangnya satu kalimat, entah satu alinea, atau satu bab. Antara identifikasi dan deskripsi bias terdapat perbedaan dan persamaan. Perbedaannya sebagai berikut:
a) Identifikasi mencakup pengertian bahwa mula-mula harus di lakukan suatu proses pengenalan atau pelacakan atas cirri-ciri obyek garapan, yang kemudian di susul dengan proses mengambarkan obyek itu dengan kata-kata untuk memperkenalkannya kepada pembaca. Identifikasi lebih diarahkan kepada proses mencatat semua cirri individual yang terdapat pada obyek yang di garap, baik yang konkrit maupun abstrak.
Ciri-ciri yang di sodorkan tadi secara ideal harus mampu memperkenalkan obyek itu secara keseluruhan.
b) Deskripsi
Deskripsi lebih menekankan pengungkapannya melalui rangkaian kata-kata. Walaupun untuk membuat deskripsi yang baik, penulisan harus mengadakan identifikasi terlebih dahulu, namun pengertian deskripsi hanya menyangkut pengungkapan melalui kata-kata. Perbedaan deskripsi selalu menyangkut kebulatan, walaupun hanya sebagian dari keseluruhan, bukan satu cirri individual. Karena itu di satu pihak metode identifikasi dan deskripsi sebenarnya sama saja.
Agar tidak menimbulkan kebingungan, istilah identifikasi hanya di gunakan untuk menyebut metode pendahuluan untuk mencatat cirri-ciri. Sebaliknya deskripsi kita gunakan untuk menyebut tulisan yang menyajiakan data atau ciri sebuah obyek tadi. Dalam uraian bab ini istilah identifikasi sebagai suatu bentuk tulisan digunakan dengan pengertian yang timbal balik dengan deskripsi.

4. Teknik Identifikasi
Identifikasi sebagai suatu metode eksposisi yang akan memperkenalkan suatu objek secara menyeluruh, dapat berjalan sejajar dan mengimbangi kedudukan kerangka karangan, bila ditata menurut suatu pola tertentu. Kerangka karangan yang didasarkan pada uraian spasial tidak lain dari usaha mengadakan identifikasi mengenai sesuatu hal, yang unsur-unsurnya diurutkan menurut urutan tempat.
Dengan demikian, kemampuan menggarap eksposisi dengan metode identifikasi tergantung sepenuhnya dari kemampuan pengarang.

5. Identifikasi sebagai Strategi Dasar
Kemampuan mengadakan identifikasi secara cermat merupakan factor yang sangat penting dalam keberhasilan menyusun karangan yang baik dan teratur. Kepentingan itu dapat diukur dari dua dasar yang strategis yaitu, pertama, dilihat dari kepentingan metode identifikasinya sendiri, tanpa alasan-alasan lainnya. Kedua, dilihat dari kaitannya dengan metode-metode eksposisi lainnya (metode analisa, perbandingan, klasifikasi, definisi, serta ilustrasi dan eksemplifikasi. Metode itu akan berhasil bila sudah dilakukan identifikasi dengan baik.
Metode klasifikasi juga akan berhasil jika penulis mampu membuat perincian atau identifikasi mengenai jumlah anggota-anggota kelas, ciri-ciri yang mengikat-satukan semua anggota kelas itu dan ciri-ciri yang membedakan tiap anggota kelas.
Demikian pula dapat dilakukan dengan metode lain seperti definisi dan analisa. Definisi pada prinsipnya adalah suatu proses menempatkan suatu obyek yang akan dibatasi ke dalam kelas yang dimasukinya (berarti klasifikasi lagi), dengan menyebutkan ciri-ciri yang yang membedakan obyek tadidari anggota-anggota kelas lainnya. Sebaliknya analisa tidak lain dari suatu proses untuk menentukan unsur-unsur yang secara struktural membentuk obyek tadi. Dengan demikian kita harus mengadakan juga identifikasi atas struktur obyek tadi.
Dengan demikian jelaslah bahwa untuk menggarap sebuah eksposisi dengan menggunakan metode apapun, masalah yang paling dasar yang harus dilakukan oleh seorang penulis adalah pertama-tama adalah mengadakan identifikasi.

6. Contoh Penerapan
Untuk memberi gambaran mengenai cara melakukan identifikasi atas sebuah pokok bahasan, dapat diikuti melalui dua cara. Pertama, dengan memperhtikan sebuah kerangka karangan atau daftar isi sebuah kerangka karangan yang ada secara utuh untuk melihat bagaimana penulis mengidentifikasi pokok bahasannya melalui judul-judul utamanya itu. Kedua, dengan melihat bagaimana tiap topik atau judul utama dari karangan itu di perinci ke dalm bagian-bagian yang lebih kecil sampai pada identifikasi dalam sebuah alinea, yaitu bagaimana sebuah gagasan utama alinea diidentifikasi ats gagasan-gagasan bawahannya.
Dalam hal yang pertama, tiap unsure identifikasi diuraikan lebih lanjut atas unsur-unsur identifikasiyang lebih kecil atau terpencil. Dengan cara itu pengarang mengharapkan bahwa pengertian tiap unsur identifikasi akan lebih jelas lagi.
Dalam hal kedua, kita melihat bagaimana pengarang mengembangkan uraiannya lebih lanjut dengan memperinci topik utama.


BAB III
METODE ANALISA

1. Pengertian Analisa
Analisa pada dasarnya adalah suatu cara membagai-bagi suatu obyek ke dalam komponen-komponennya. Kata analisa diturunkan dari kata Yunani : analyein yang berarti “menanggalkan, menguraikan”. Lebih jauh kata itu dibentuk dari unsur ana = “atas”, dan kata lyein = “melepaskan, menanggalkan, mempreteli”. Jadi menurut arti katanya, kata analisa berarti “melepaskan, menanggalkan, atau menguraikan sesuatu yang terikat padu atas bagian-bagiannya.
Analisa selalu bertalian dengan sesuatu yang utuh, berbeda dari identifikasi yang bisa hanya menyangkut suatu bagian lepas. Analisa atas sebuah obyek dapat dilakukan bila obyek itu memiliki sebuah struktur, yang terdiri dari sejumlah komponen.
Bila prinsip-prinsip atau wujud dari suatu subyek sudah dipahami secara baik, maka analisa merupakan suatu cara yang umum dan efektif untuk mengungkapkan penalaran seseorang.

2. Kaitan Analisa dengan Metode Lain
Telah dikemukakan ketumpang-tindihan pengertian antara deskripsi teknis dan identifikasi. Seperti halnya kaitan antara metode identifikasi dan deskripsi, hasil analisa suatu obyek dapat juga disebut sebagai deskripsi atau identifikasi karena sebelum menyajikan analisa harus diberikan deskripsi atau identifikasi atas unsur-unsur sebagai ciri pengenalnya.
Secara praktis ketiga metode ini mirip satu sama lain dan bertumpang tindih. Bila deskripsi hanya terbatas pada penyajian unsur-unsur luar atau bagaimana penampilan suatu obyek garapan, sebaliknya analisa dapat berjalan lebih jauh dengan menelusuri bagian-bagian yang ada di balik fenomena yang nampak di permukaannya itu.
Identifikasi merupakan metode pendahuluan untuk menjaring atau mencatat semua data dan informasi sehingga obyek itu dikenal sebagai obyek itu, maka juga terdapat kaitan dengan semua metode penyajian lainnya.

3. Macam – Macam Analisa
Berdasarkan sifat komponen-komponen yang membentuk sebuah obyek garapan atau sebuah konsep, maka secara luas metode analisa dapat dibagi atas lima jenis sebagai berikut :
a. Analisa Umum
Yang dimaksud dengan analisa umum adalah pengertian umum yang mencakup semua analisa yang berusaha menyoroti hal-hal yang nampak (kelihatan) maupun yang berada di balik fenomena lahiriah tanpa memberi corak yang khusus.

b. Analisa Bagian dan Analisa Fungsi
Yang dimaksud dengan analisa bagian adalah suatu teknik untuk membagi-bagi sebuah obyek ke dalam unit-unit yang lebih kecil, yang memperlihatkan hubungan-hubungan tertentu. Sedangkan analisa fungsi merupakan proses lanjutan dari analisa bagian. Kedua macam analisa inilah yang sering disebut sebagai deskripsi teknis.
c. Analisa Proses
Yang dimaksud analisa proses adalah analisa yang berusaha menjawab pertanyaan : Apakah suatu peristiwa atau kejadian terdiri dari tahap-tahap tertentu ? Tahap-tahap mana saja yang membentuk peristiwa tersebut ? Analisa proses merupakan analisa lanjutan dari analisa bagian dan analisa fungsi.
d. Analisa Kausal
Yang dimaksud dengan analisa kausal adalah analisa yang berusaha menemukan sebab-akibat dari suatu hal atau peristiwa. Analisa ini dianggap sebagai suatu kesadaran manusia yang paling tinggi mengenai alam dan dunia sekitarnya. Analisa ini juga dianggap sebagai awal dari perkembangan ilmu dan teknologi.
e. Klasifikasi
Klasifikasi juga dimasukkan dalam pengertian analisa. Sebagai suatu jenis analisa, klasifikasi dapat dibatasi sebagai semacam analisa yang berusaha menemukan identitas sejumlah barang atau hal untuk dikelompokkan dalam satuan yang disebut kelas. Analisa semacam ini berusaha menjawab pertanyaan : Barang ini dapat dimasukkan dalam kelompok apa ? Apakah ada sebuah ciri yang dominan yang mampu mengikat satukan sejumlah obyek ke dalam sebuah kesatuan atau sebuah kelompok ?
4. Wujud Analisa
Analisa sebagai suatu metode penyajian dalam tulisan teknis, terdiri dari proses memeriksa dan mengamati sesuatu hal untuk membeda-bedakan bagian-bagian atau unsur-unsurnya, baik secara terpisah-pisah maupun secara bersama-sama, dengan menunjukkan relasinya satu sama lain dalam menunjang kesatuannya.
Dalam analisa ini yang perlu diidentifikasi bukan hanya hal-hal luar, tetapi juga hal-hal yang lebih dalam, yang tidak dapat dilihat oleh orang biasa. Analisa ini juga dapat digolongkan sebagai analisa bagian dan fungsi, analisa proses atau analisa kausal.

5. Persiapan Penulisan
Karena analisa berusaha menerobos batas-batas pengamatan manusia biasa, maka sebuah analisa selalu harus dilakukan dengan cermat, dengan mengkaji semua hal yang berkaitan dengan obyek garapannya. Beberapa hal pokok yang harus diperhatikan agar penyajian sebuah analisa dapat dilaksanakan dengan baik adalah : menelaah pembaca, menyiapkan sebuah kerangka yang logis dan jelas, dan menjauhkan rasa bosan pada para pembaca.
a. Pembaca
Perhatian pertama ditujukan pada pertanyaan siapa yang akan membaca dan mengapa ia membaca tulisan itu. Ada pembaca yang hanya menginginkan dan puas dengan analisa faktor-faktor luar, tetapi ada juga pembaca yang ingin mengetahui semua hal yang berada di balik gejala-gejala lahir itu.
b. Kerangka
Metode umum yang dianjurkan untuk membuat analisa yang teratur adalah pertama-tama menyusun sebuah kerangka karangan sebagai dasar identifikasi. Proses ini terdiri dari membuat catatan kasar mengenai apa saja yang akan dibicarakan, kemudian menyusun sebuah rancangan dengan mengelompokkan materi-materi yang bertalian.

c. Hindari Kebosanan
Sebuah tulisan atau uraian yang tidak menarik dan tidak memenuhi harapan pembaca akan segera menimbulkan kebocanan. Penulis yang ahli dan terampil akan berusaha untuk selalu memenuhi keinginan para pembacanya. Penulis harus mengetahui metode mana yang kiranya dapat menunjang penulis untuk mencapai tujuannya yaitu agar pembaca tertarik dan tidak bosan.
6. Teknik Penyajian
Analisa dapat dikembangkan mengikuti pola-pola yang telah disusun dalam kerangka karangan. Tetapi bila tak ada pola yang dapat diikuti, maka penulis harus menggunakan kemampuan imajinasinya untuk menemukan fakta-fakta yang bermakna.
Terlepas dari persoalan bagaimana menyampaikan perincian sesuai dengan peluang atau materi yang diperolehnya, penulis perlu memperhatikan unsur-unsur atau bagian-bagian utama yang harus dihadirkan dalam uraiannya atau karangannya. Sebuah uraian yang utuh harus memperhatikan bagian-bagian sebagai dikemukakan dibawah ini :
a. Pendahuluan
Sejauh keadaan menghendakinya, disiapkan suatu pendahuluan singkat, yang biasanya mencakup : tujuan penggarapan analisa, dasar-dasar perincian butir-butir utama, alasan-alasan pemilihan topik, sumber-sumber fakta, ruang lingkup dan pembatasan mengenai penyelidikan yang telah dilaksanakan, dan jika ada, asumsi-asumsi yang menjadi dasar interpretasi fakta. Dapat ditambahkan fakta-fakta penting yang khas dan kseimpulan umum yang penting untuk merangsang pembaca terhadap isi tulisan itu.
b. Pengorganisasian Komponen Utama
Dengan tetap mengingat fungsi analisa dan bila ditetapkan butir-butir utamanya dari informasi yang tersedia, maka penulis mengorganisasikan butir-butir utama serta butir-butir bawahnya. Pertanyaan kunci dalam pengorganisasian adalah apakah fakta-fakta dari bermacam-macam butir sbyek itu dapat digabungkan saja dalam sebuah topik utama atau apakah tetap dipisahkan satu dari yang lain. Pengorganisasian sangat menentukan, karena setiap analisa tidak boleh mengakibatkan atau memberi kesan seakan-akan tidak ada hubungan antara komponen-komponen itu satu sama lain.

c. Perincian Butir Utama
Jika fakta-fakta obyektif menghendaki interprestasi, maka pertimbangan utama bagi penulis adalah apa yang harus dilakukan agar interelasi antar fakta-fakta itu satu sama lain menjadi jelas dan bagaimana menggelarkan proses-proses penalaran yang tercakup sehingga kepentingannya dapat terungkap dengan jelas. Pola hubungan antara perinciannya itu dapat diurutkan sebagai berikut :
• Butir-butir utama.
• Tiap butir utama diperinci atas sejumlah sub butir.
• Tiap sub butir diperinci lagi atas sub-sub butir.
• Tiap sub-sub butir diperinci lagi atas sejumlah gagasan utama yang menjadi dasar alinea-alinea.
• Tiap gagasan utama (alinea) diperinci atas sejumlah gagasan bawahan yang berujud fakta, informasi yang dipertalikan melalui sebuah penalaran. Dalam alinea dapat diturunkan pula kesimpulan-kesimpulan, sebagai konsekuensi logis atas penalaran fakta-fakta yang dikemukakan.
d. Kesimpulan
Sebuah analisa boleh atau tidak disudahi dengan sebuah kesimpulan umum. Kadang-kadang yang diperlukan hanya merangkum sekali lagi pokok bahasan bersama perincian atas bagian-bagiannya. Bila relasi antara tiap komponen dengan keseluruhan itu penting, terutama analisa untuk menyajikan sebuah dasar untuk keputusan atau tindakan, maka sebuah rekapitulasi fakta-fakta utama akan menjadi suatu keharusan yang harus dibuat oleh penulis.