Rabu, 04 Agustus 2010

CARA MEMBACA BERITA

Membaca Berita
Membaca BeritaMembaca BeritaMembaca BeritaMembaca BeritaMembaca Berita

Membacakan berita dapat menjadi suatu pengalaman yang menyenangkan bagi sang pembaca dan pendengarnya jika pembacaan dilakukan dengan baik. Untuk dapat menjadi pembaca berita yang baik perlu berlatih:
1. lafal dan pengucapan yang jelas;
2. intonasi yang benar;
3. sikap yang benar.
Dalam menyampaikan berita, intonasi dapat menimbulkan bermacam arti. Keras lambatnya suara atau pengubahan nada, dan cepat lambatnya pembacaan dapat digunakan sebagai penegasan, peralihan waktu, perubahan suasana, maupun perenungan. Dalam membacakan berita hendaknya diutamakan pelafalan yang tepat. Gerak-gerik terbatas pada gerak tangan, lengan atau kepala. Segala gerak tersebut lebih banyak bersifat mengisyaratkan (bernilai sugestif) dan jangan berlebihan. Untuk menimbulkan suasana khusus yang diperlukan dalam pembacaan, suara lebih efektif dengan didukung oleh ekspresi wajah. Air muka (mimik) dan alunan suara yang pas lebih efektif untuk meningkatkan suasana. Senyum atau kerutan kening juga dapat membantu penafsiran teks. Perhatikan pula kontak pandangan Anda dengan pendengar (penonton), terutama bila membacakan berita melalui media televisi atau kontak langsung dengan pendengarnya. Jadi, membaca berita adalah menyampaikan suatu informasi atau berita melalui membaca teks berita dengan lafal, intonasi, dan sikap secara benar.

Berikut ini salinan teks berita Liputan 6 SCTV. Bacalah teks berita itu, seakan-akan Anda seorang pembaca berita di televisi!

KUTIPAN BERITA
Selamat petang para pemirsa dan juga selamat berbuka
puasa, kembali kami hadirkan Liputan 6 Petang bersama saya, Bayu Sutiono, dengan topik utama mengenai tindakan TNI mempersempit ruang gerak GAM di daerah Cot Prieng. TNI mengambil inisiatif untuk mempersempit daerah GAM dari radius 9 km menjadi 4 km, hal ini ditujukan untuk menambah efektivitas kegiatan TNI dalam menghadapi GAM, seperti yang dinyatakan oleh Mayjen TNI Djalil Jusuf di Nangroe Aceh Darussalam. Dalam operasi penyempitan daerah GAM tersebut, TNI berhasil menyita sejumlah dokumen dan persenjataan milik anggota GAM. Sementara itu, di Jakarta, Kapolri Dai Bacthiar menjanjikan bahwa pihak kepolisian akan menarik status kesatuan Brimob yang ditempatkan di Nangroe Aceh Darussalam, jika pada, tanggal 9 Desember mendatang tercapai perjanjian damai antara, pihak Indonesia dengan GAM. Lebih lanjut lagi, Beliau menyatakan bahwa status Brimob yang ditempatkan di sana, akan diubah menjadi polisi umum yang hanya bertugas untuk mengatasi masalah-masalah sipil dan bukan masalah-masalah militer seperti yang dilakukan saat ini. Seorang korban tewas akibat terkena, ledakan petasan di daerah Kudus, Semarang, provinsi Jawa Tengah. Korban bernama Mat Khoiril, merupakan seorang pelajar SMU kelas 2 yang saat itu sedang membuat sebuah petasan. Korban meninggal dalam perjalanan menuju RS terdekat. Selain korban sendiri, 2 orang saudara korban juga mengalami luka parah, yakni Khairul Imam dan Esa Yulianto. Keduanya sampai saat ini masih dirawat secara intensif.
KUTIPAN BERITA KEDUA
Beralih ke daerah Sumatra Selatan, bekas galian tambang milik PT Bukit Asam, di daerah Muara Enim, mengalami longsor dan akibatnya menyebabkan salah satu tower listrik milik PLN di sekitar tempat tersebut runtuh. Hal tersebut mengakibatkan sekitar 100.000 pelanggan PLN di kawasan tersebut mengalami pemutusan listrik. Pihak PT Bukit Asam berjanji untuk memberikan ganti rugi, namun sampai saat ini, pihak PLN belum memberikan rincian mengenai jumlah kerugian yang diderita oleh PLN akibat longsornya galian tambang Bukit Asam. Berikutnya kami akan menyajikan laporan arus mudik dalam rangka menyambut hari Lebaran. Pada siang hari tadi terjadi kemacetan sepanjang 8 km di rute Kandang Haur Patrol, Jawa Barat. Berdasarkan hasil pantauan udara Dwi Guntoro, kemacetan tersebut disebabkan karena adanya penyempitan jalan yang semula terdiri dari 4 jalur menjadi hanya 2 jalur saja. Menurut pihak kepolisian, kemacetan akan semakin bertambah parah menjelang pukul 21.00, oleh karenanya, dihimbau agar para pengguna jalan menghindari rute tersebut pada malam hari dan mencari jalan alternatif lainnya.

Praktikkan kegiatan membaca KUTIPAN BERITA di depan kelas
dengan memerhatikan intonasi, lafal, tatapan mata, sikap, dan suara yang jelas! (Praktik membaca teks tersebut dilakukan secara bergantian). 2. Amatilah dengan saksama temanmu yang sedang membacakan berita!

Buatlah catatan berisi komentarmu tentang:
a. penggunaan lafal;
b. penggunaan suara;
c. penggunaan intonasi;
d. penggunaan jeda;
e. tatapan mata; dan
f. sikap.

CONTOH KTI DESKRIPTIF-KUALITATIF

Penggunaan Bahasa: Gaya dan Majas
Dalam Cerpen “Rampok” Karya Harris Effendi Thahar
Oleh: I Prasastie

I. Pendahuluan
Memberikan definisi pada sastra merupakan hal yang sampai saat ini belum terjawab dengan tuntas. Menurut Welleck & Warren (1995) salah satu cara yang dianggap paling mudah untuk memberi definisi pada sastra adalah dengan merinci penggunaan bahasa yang khas sastra (h.14). Sedangkan menurut Luxemburg (1991:21) sastra memiliki bahasa yang khusus dengan cara penanganan yang berbeda-beda, yang tidak hanya berlaku untuk puisi, tapi juga untuk prosa sastra. Cara penggunaan bahasa seperti pemilihan kata, perangkaian kata menjadi kalimat, dan penggabungan kalimat menjadi teks, merupakan hal yang harus dihadapi oleh seseorang yang menggubah teks. Pokok dan tujuan pembuatan teks merupakan hal yang mendasari penggunaan bahasa dalam teks tersebut. Pengarang juga menjadi faktor penentu penggunaan bahasa ini. Hal ini terbukti pada hasil tulisan seorang pengarang yang memuat penggunaan bahasa yang berbeda dengan hasil tulisan pengarang yang lainnya.
Makalah ini akan membahas beberapa gaya bahasa yang digunakan dalam cerpen “Rampok” karya Harris Effendi Thahar yang dibagi ke dalam gaya sintaktis yang terdiri dari bentuk pembalikan dan bentuk penghilangan, serta gaya semantis yang terbagi ke dalam majas pertentangan, majas identitas dan majas kontiguitas. Namun sebelum itu akan dibahas terlebih dahulu sinopsis dari cerita pendek yang berjudul Rampok ini.

II. Sinopsis Cerita
Dalam cerita ini terdapat beberapa orang karakter utama, yaitu Har, Hamsad, Pak Syamsul (paman istri Har), istri tokoh aku, dan Sam (staf Pak Syamsul). Kisah ini diawali dengan Hamsad yang bercerita kepada Har bahwa ia merasa berdosa karena telah merampok seseorang untuk membayar uang suap sebesar empat juta rupiah kepada Pak Syamsul, seorang personalia kantor wilayah yang juga paman istri Har. Uang suap itu diberikan agar Pak Syamsul meluluskan istri Hamsad yang sudah dua kali gagal mengikuti tes calon pegawai negeri. Har tidak berani menceritakan masalah ini kepada istrinya karena beberapa hal antara lain ia merasa istrinya akan sangat marah bila mendengar pamannya dianggap menerima uang suap karena istri Har sangat menentang praktek percaloan dan merasa kurang simpati dengan keluarga Hamsad. Istri Har juga selalu mengatakan dengan bangga bahwa ia berhasil lulus tes pegawai negeri tak lama setelah ia diwisuda dari IKIP dengan usahanya sendiri dan bukan karena pamannya orang dalam.
Cerita berlanjut ketika Har baru bertemu lagi dengan Hamsad lebih dari sebulan kemudian. Hamsad mengatakan bahwa istrinya ternyata tetap tidak lulus meskipun ia sudah memberikan uang suap. Har kemudian menawarkan bantuan untuk menemui Pak Syamsul dengan harapan istri Hamsad masih bisa diluluskan. Keesokan harinya Har pergi menemui Pak Syamsul namun ia terkejut mendengar Pak Syamsul yang menceritakan bahwa Hamsad merampok Sam, salah seorang stafnya di lapangan parkir sebuah bank dan kemudian menyerahkan kembali uang rampokan itu dalam bentuk uang suap. Hamsad sendiri tidak menyadari hal itu namun Sam mengenali dirinya ketika mereka bertemu di kantor Pak Syamsul. Yang membuat Har lebih terkejut lagi sekaligus tersinggung adalah tuduhan Pak Syamsul yang mengira Har terlibat dalam perampokan tersebut dengan alasan Hamsad berasal dari daerah yang sama dengan Har dan mereka juga rekan satu kantor.
Har kemudian pamit tanpa sempat membicarakan masalah kelulusan istri Hamsad. Pak Syamsul hendak menitipkan uang untuk istri Har namun Har menolak karena ia yakin istrinya masih cukup punya harga diri sehingga tidak akan sudi menerima bantuan pamannya yang berasal dari uang suap yang diberikan orang-orang yang ingin lulus sebagai pegawai negeri. Sesampainya di rumah, Har terhenyak setelah mengetahui istrinya dengan senang hati telah menerima sebuah amplop berisi uang dari pamannya yang diantarkan Sam yang jumlahnya cukup untuk membayar angsuran rumah empat kali.

III. Pembahasan
Pembahasan cerpen “Rampok” dari sudut pandang penggunaan beberapa gaya bahasa ini akan dibagi ke dalam dua bagian utama yaitu gaya sintaktis dan gaya semantis. Gaya sintaktis dibagi lagi ke dalam dua bentuk yaitu bentuk pembalikan dan bentuk penghilangan. Sedangkan gaya semantis dibagi ke dalam tiga majas, yaitu majas pertentangan, majas identitas dan majas kontiguitas. Ketiga majas tersebut nantinya masih dibagi lagi ke dalam beberapa kelompok.

1. Gaya sintaktis
Bentuk sintaktis adalah konstruksi kalimat yang mencolok dari segi stilistika karena bangunnya yang menyimpang dari susunan yang “normal” (Luxemburg, 1991:62). Bentuk sintaktis ini sesungguhnya dibagi ke dalam tiga jenis yang terdiri dari bentuk pengulangan, bentuk pembalikan dan bentuk penghilangan, namun karena bentuk pengulangan tidak dijumpai dalam cerpen ini maka hanya bentuk pembalikan dan bentuk penghilangan saja yang akan dibahas.
a. Bentuk pembalikan
Pada bentuk pembalikan atau inversi, terjadi perubahan terhadap urutan kata yang normal dalam kalimat. Dalam sastra fungsinya adalah agar suatu gambaran menjadi ekspresif, atau untuk memberi penekanan pada kata-kata tertentu (Luxemburg, 1991:63). Dalam cerpen ini tampak pada kalimat yang diucapkan istri Har berikut ini
“….Kalau terjadi kasus suap, mesti si pemberi diusut duluan,” begitu ia berkomentar (h. 65).
Kalimat “normal”-nya adalah “si pemberi mesti diusut duluan”, namun untuk memberi memberi penekanan bahwa menurut istri Har dalam kasus pemberian uang suap yang harus diusut terlebih dahulu adalah pemberi suap dan bukan yang diberi suap (dalam hal ini adalah pamannya), maka urutan katanya dibalik menjadi “mesti si pemberi diusut duluan”.
Contoh lain adalah kalimat yang diucapkan oleh tokoh Hamsad,
“….Tinggi-tinggi sekolah ke Jakarta, akhirnya membanting tulang di pinggir jalan…” (h. 67).
Kalimat “normal”-nya adalah “sekolah tinggi-tinggi ke Jakarta”, namun untuk memberi penekanan bahwa kuliah di sebuah akademi di Jakarta adalah jenjang yang cukup tinggi dan bukan hal yang biasa bagi tokoh Hamsad maka urutan katanya dibalik menjadi “tinggi-tinggi sekolah ke Jakarta”.
b. Bentuk penghilangan
Yang termasuk dalam bentuk penghilangan adalah elips. Elips terjadi jika bagian kalimat tertentu tidak ada (Luxemburg, 1991:64). Dalam cerpen ini tercermin pada kalimat yang diucapkan Hamsad ketika berada di kantin.
Ia berteriak, “Kopi susu sama nasi pecal.” (h.62)
Karena ada bagian yang dihilangkan, maka kalimat tersebut dapat diartikan macam-macam. Pilihan kita tergantung pada konteks kalimat. Jika konteks kalimatnya adalah memesan makanan, maka kalimat tersebut bisa berarti Hamsad memesan kopi susu dan nasi pecal namun jika konteks kalimatnya adalah menawarkan makanan, maka kalimat tersebut bisa berarti kantin ini menyajikan kopi susu dan nasi pecal.
2. Gaya semantis
Menurut Luxemburg (1991:64) gaya semantis mengacu pada makna kata, bagian kalimat, dan kalimat dan secara umum disebut majas. Majas yang terdapat dalam gaya semantis adalah majas pertentangan, majas identitas dan majas kontiguitas.
A. Majas pertentangan
Dalam majas ini terdapat istilah antitese atau majas yang disertai dengan paralelisme sintaksis, contohnya “Ada waktu untuk datang, ada waktu untuk pergi” (Luxemburg, 1991:64). Dalam cerpen ini tercermin pada kalimat yang diucapkan oleh tokoh Hamsad. Kutipannya adalah sebagai berikut,
“….Tapi itulah. Kalau mau berlaba mesti berugi dulu….” (hal. 64)
B. Majas identitas
Majas identitas mencakup perumpamaan dan metafora yang membandingkan objek atau pengertian dan menyamakannya secara semantis. Dalam proses metaforik terdapat beberapa bentuk seperti sinestesi dan personifikasi.
ii. Perumpamaan
Perumpamaan adalah perbandingan secara eksplisit antara dua obyek atau pengertian. Hal ini tampak pada percakapan antara Har dan Pak Syamsul (h.69) berikut ini,
“Tunggu. Titip aku uang ini untuk istrimu.”
“Tidak, terima kasih Paman. Istriku tidak suka makan daging manusia”.
Disini Har mengumpamakan uang pemberian paman istrinya yang merupakan uang suap sebagai daging manusia yang tidak pantas dimakan oleh sesama manusia yang beradab.
iii. Metafora
a. Bentuk metafora yang akan dibahas terlebih dulu disini adalah penghilangan bagian yang harfiah sehingga makna yang tidak ditunjukkan dalam teks harus kita tentukan sendiri untuk memperoleh pemahaman yang baik (Luxemburg, 1991:95) misalnya
Akhir-akhir ini justru Hamsad semakin dingin kepadaku (h.65).
Bagian harfiah yang tidak ditunjukkan pada kalimat tersebut adalah sikap Hamsad terhadap Har yang semakin tidak memedulikan Har maka Har menganggap Hamsad bersikap dingin terhadapnya.
b. Ada pula bentuk metafora yang memiliki arti tetap yang sudah terserap ke dalam bahasa sehari-hari dengan bentuk yang hanya berupa satu kata atau ungkapan tetap, satu kalimat atau bagian kalimat (Luxemburg, 1991:66).
Mungkin juga kalau Hamsad datang bertamu ia sering lupa waktu (h. 65).
Kata-kata “lupa waktu” pada kalimat tersebut merupakan sebuah ungkapan tetap yang berarti berlama-lama melakukan sesuatu hingga melewati batas waktu yang sewajarnya.
Contoh lain adalah kalimat yang diucapkan oleh Hamsad,
“….Tinggi-tinggi sekolah ke Jakarta, akhirnya membanting tulang di pinggir jalan. Pergilah kau minum. Aku mau cari angin ke luar dulu.” (h. 67).
Kata-kata “membanting tulang” dan “cari angin” juga merupakan ungkapan tetap yang terdapat dalam bahasa sehari-hari.
c. Bentuk lain dalam bidang semantik adalah sinestesi yang menunjukkan aspek dari indera yang satu dihubungkan dengan indera lain, contohnya “suara yang hangat” (Luxemburg, 1989:189). Dalam cerpen ini tercermin pada beberapa kalimat berikut,
Kalau berpapasan di kantor, ia hanya tersenyum hambar, bahkan seperti menghindar dariku (hal. 65).
Disini indera penglihatan berupa kata “senyum” dihubungkan dengan indera pengecap berupa kata “hambar “.
Aku sudah kenyang melihat kenyataan permainan dunia sekarang (h. 67).
Pada kalimat ini indera perasaan berupa kata “kenyang” dihubungkan dengan indera penglihatan berupa kata “melihat”.
d. Bentuk metafora yang banyak dijumpai adalah personifikasi dimana aspek arti dari sesuatu yang hidup dialihkan kepada sesuatu yang tidak bernyawa (Luxemburg, 1989:189). Contoh dalam cerpen ini adalah
“…Aku rasa dikejar-kejar dosa…” (h.64)
“Aku tahu istriku tidak setuju dengan praktek percaloan yang sudah mewabah akhir-akhir ini.” (h.64)
“….Makanya dunia ini tak adil…” (h.66)
Istriku menghadang di pintu sambil mengacungkan amplop gemuk. (h.69)
Dosa adalah sesuatu yang tidak bernyawa, namun dinyatakan bisa mengejar seseorang. Praktek percaloan bukan sesuatu yang dapat bergerak namun dinyatakan mewabah. Dunia juga merupakan sesuatu yang tidak bernyawa namun dinyatakan bersikap tidak adil. Amplop sebagai benda mati yang penuh berisi uang disamakan dengan manusia yang banyak makan maka dinyatakan gemuk.
C. Majas kontiguitas
Dalam majas kontiguitas terdapat pergantian satu pengertian dengan pengertian yang lain namun keduanya tidak memiliki hubungan persamaan melainkan hubungan kedekatan (Luxemburg, 1991:67). Majas ini terbagi ke dalam dua bentuk yaitu metonimia dan sinekdok.
i. Metonimia
Dalam metonimia ada kaitan makna tertentu yang dapat didorong oleh berbagai motivasi, misalnya sebab digantikan akibat atau isi digantikan wadah (Luxemburg, 1989, 189). Contohnya dalam cerpen adalah
“…Mungkin melihat saya menggigil dan berkeringat, ia rampas empat ikat dan langsung memasukkan ke dalam kemejanya…” (h.68)
Disini kata “ikat” mewakili isinya, yaitu uang.
ii. Sinekdok
Dalam gaya kontiguitas ini hubungan kedekatan antara pengertian yang disebut dan pengertian yang digantikan berupa hubungan bagian dan keseluruhan (Luxemburg, 1991:67). Dua bentuk yang paling terkenal dalam sinekdok adalah totum pro parte dan pars pro toto. Disini hanya akan dibahas bentuk totum pro parte saja karena hanya bentuk inilah yang terdapat dalam cerpen ini.
Totum pro parte adalah penyebutan keseluruhan menggantikan apa yang sebenarnya merupakan suatu bagian (Luxemburg, 1991:67).
“…Lagi pula jurusan Bahasa Inggris masih banyak dibutuhkan….” (h.64).
“…Kalau aku melanjutkan usaha beliau, apa kata dunia?…” (h.67)
Pada kalimat pertama terdapat penyebutan keseluruhan yaitu “jurusan Bahasa Inggris” yang menggantikan apa yang sesungguhnya merupakan suatu bagian yaitu para calon pegawai negeri. Sedangkan pada kalimat kedua terdapat penyebutan keseluruhan yaitu “dunia” yang menggantikan apa yang sesungguhnya merupakan suatu bagian yaitu orang-orang di sekitar sang tokoh.
VI. Kesimpulan
Dari analisis yang dilakukan terhadap penggunaan bahasa menurut gaya dan majas yang ditemukan dalam cerpen “Rampok” diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa cerpen tersebut menggunakan bahasa yang khas sastra. Seperti yang telah diketahui bahwa makna dari bahasa yang khas sastra atau bahasa sastra antara lain adalah bahasa yang penuh dengan asosiasi, bersifat konotatif serta mempunyai fungsi ekspresif yang menunjukkan sikap penulisnya. Semakin kaya pengetahuan bahasa serta pengalaman sastra yang dimiliki seseorang, ia akan semakin mampu melakukan analisis maupun pengamatan yang baik terhadap pemakaian bahasa dalam sebuah karya sastra. Hal ini sangat disadari oleh penulis makalah yang merasa analisis yang disajikannya sangat sederhana dikarenakan lingkup pengetahuannya yang masih sempit. Maka penulis mengharapkan kritik, saran dan masukan yang dapat memperkaya pengetahuan dan pengalamannya sehingga dapat melakukan analisis yang lebih baik lagi di kemudian hari.


DAFTAR PUSTAKA
Kompas. Laki-laki Yang Kawin Dengan Peri Cerpen Pilihan “Kompas” 1995, Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 1995, h.62-69.
Luxemburg, Jan van, Mieke Bal, Willem G. Weststeijn, penerjemah Akhadiati Ikram. Tentang Sastra, Jakarta: Intermasa, 1991.
Luxemburg, Jan van, Mieke Bal, Willem G. Weststeijn, penerjemah Dick Hartoko. Pengantar Ilmu Sastra, Jakarta: Intermasa, 1989.
Welleck, Rene, Austin Warren, penerjemah Melani Budianta. Teori Kesusastraan, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1995.

CONTOH kti KARYA Difli

PELESTARIAN TERUMBU KARANG
DALAM PERSPEKTIF HUKUM

Disusun untuk mengikuti lomba karya tulis ilmiah yang diselenggarakan
oleh Universitas Muhamaddiyah Malang











TIM PENELITI :
o Difliyatul Isna Alvionita
o Iflahul Laili
o Sian Luiskarlisa

SMA NEGERI 1 GIRI BANYUWANGI
JL. HOS Cokroaminoto No. 38, Telp (0333) 421719
Banyuwangi

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Pelestarian Terumbu Karng Dalam Perspektif Hukum



Guru Pembimbing Ketua Kelompok






Nana Iflahul Laili
NIP. NIP.




Menyetujui :
Kepala Sekolah
SMA NEGERI 1 GIRI





Drs. Mujiono
NIP. 130354281

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................
KATA PENGANTAR...........................................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................
1.1 Latar belakang masalah.....................................................................................
1.2 Rumusan masalah.............................................................................................
1.3 Tujuan...............................................................................................................
1.4 Hipotesis Dasar.................................................................................................
1.5 Batasan Masalah...............................................................................................
1.6 Metode pengamatan..........................................................................................
1.7 Manfaat.............................................................................................................
BAB 2 LANDASAN TEORI................................................................................
2.1 Seputar terumbu karang...................................................................................
2.2 Faktor-faktor penyebab kerusakan terumbu karang.........................................
2.3 Akibat yang ditimbulkan…...............................................................................
2.4 Ketegasan hukum dalam menangani kerusakan……………………………...
2.5 Program yang digalakan oleh pemerintah.........................................................
BAB 3 HASIL PENELITIAN..............................................................................
3.1 Kondisi terumbu karang....................................................................................
3.2 Struktur terumbu karang...................................................................................
3.3 Prospek terumbu buatan....................................................................................
3.4 Komposisi jenis ikan.........................................................................................
BAB 4 PENUTUP..................................................................................................
4.1 Kesimpulan dan saran.......................................................................................
SALAM PENUTUP...............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikaum Wr.Wb.

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan bimbinganNya sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis ini yang berjudul ”Kerusakan Terumbu Karang Dalam Perspektif Hukum”. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah diharapkan. Akhirnya penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Banyuwangi, 02 Maret 2009


Penulis














BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Terumbu karang memiliki peran yang sangat strategis dalam menunjang suplai bahan makanan manusia. Namun di sekian banyak kekayaan laut yang ada ekosistem tersebut merupakan yang paling rawan mengalami kerusakan bahakan mengalami kepunahan. Akhir-akhir ini banyak kerusakan-kerusakan ekosistem tersebut di Banyuwangi. Hal ini dikarenakan adanya pemanfaatan yang berlebihan dan tidak terkendali. Hampir 80 % rusak parah dan 14 % lainnya kritis. Ancaman terhadap kerusakan terumbu karang ini tentu akan sangat menentukan kelangsungan usaha pemanfaatan sumber daya perikanan dan kelautan secara keseluruhan.
Keanekaragaman sumber daya perikanan dan kelautan, menyebabkan kawasan terumbu karang menarik berbagai pihak untuk melakukan eksploitasi secara besar-besaran baik penduduk setempat atau pendatang. Sebagaimana nelayan pada umumnya yang sangat bergantung pada sumber daya perikanan dan kelautan, sehingga berbagai jalan mereka tempuh untuk memanfaatkan sumber daya laut, yang terkadang dilakukan secara ilegal dan tentunya sangat merugikan seperti penggunaan bom dan cianida. Keadaan ini serupa yang terjadi di fliphina, bahwa pengeboman dan penggunaan cianida merupakan 2 faktor penyebab terjadinya kerusakan terumbu karang (Mc Manus etall. 1992). Selain itu digradesi terumbu karang di Banyuwangi semakin luas oleh kegiatan konfersi lahan pesisir untuk berbagai kepentingan.
Monitoring pengawasan serta penertiban sumber daya perikanan dan kelautan di wilayah Banyuwangi sangat penting untuk dilakukan secara berkesinambungan dan terprogram. Hal tersebut bertujuan untuk mengantisipasi terjadinya eksploitasi serta tindak pidana perikanan yang dilakukan oleh oknum nelayan juga sebagai bahan evaluasi serta penyusunan kebijaksanaan pembangunan wilayah pesisir.
Karena hal tersebut kami mencoba mengungkapkan bagi kehidupan masyarakat Banyuwangi khususnya dan masyarakat Indonesia umumnya, sehingga masyarakat mulai mengetahui dan mencoba menimalisir kerusakan terumbu karang di Banyuwangi.


1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, kami merumuskan beberapa masalah yaitu antara lain :
1) Mengapa terjadi kerusakan terumbu karang ?
2) Faktor apa saja yang menyebabkan keruskan terumbu karang ?
3) Mengapa hanya ada suatu peringatan yang tidak tegas akan sanksi terhadap pelanggaran pelestarian laut ?
4) Apa yang dilakukan pemerintah dalam menangani pelaku tindak kriminal di lingkungan laut ?
5) Bagaimana cara memulihkan terumbu karang yang rusak ?

1.3 Tujuan Penelitian
Dalam pembuatan karya tulis ini dengan tujuan sebagai berikut :
a) Untuk memberikan informasi manfaat terumbu karang dan akibat yang ditimbulkan jika terjadi kepunahan.
b) Untuk menganalisa peranan hukum dalam perusakan terumbu karang di Banyuwangi.
c) Berperan dalam mengurangi tindak kriminal yang membahayakan keruskan ekosistem terumbu karang.

1.4 Hipotesis Dasar
Kerusakan terumbu karang di Banyuwangi diakibatkan karena ketidakpedulian dan kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap keberadaan terumbu karang. Selain itu ketidaktegassan pemerintah dalam menagani awal kerusakan terumbu karang.

1.5 Batasan Masalah
 Di Banyuwangi banyak sekali pantai, tetapi penulis hanya memberi batasan hanya pantai di kawasan kota Banyuwangi saja.
 Kami hanya sebatas meneliti kondisi terumbu karang saja tanpa meneliti ekosistem lainnya seperti ikan, alga, dan lain sebagainya.
 Kami sebatas hanya menganalisa Undang-Undang Perikanan dan Kelautan pasal-pasal tentang kerusakan terumbu karang.
1.6 Metode Pengamatan
Di dalam penelitian ini, agar lebih mudah mendapatkan informasi maka kami menggunakan metode pengamatan sebagai berikut :
• Metode Observasi / Survei
Dalam menggunakan metode observasi / survei ini kami melakukan wawancara secara langsung kepada narasumber. Kami menanyakan segala sesuatu yang kami butuhkan dalam Karya Tulis ini. Maka dari itu, informasi yang kami dapatkan akan lebih mudah. Selain itu kami juga melakukan observasi.
• Metode Browsing
Dalam menggunakan metode browsing ini dengan cara mem-browsing melalui internet. Biasanya segala informasi akan tersedia di situs GOOGLE. Melalui ini, kita akan lebih cepat memperoleh informasi dan wawasan tentang topik dalam karya tulis ilmiah ini.

1.7 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang akan didapat dari penelitian ini anatara lain sebagai berikut
• Masyarakat akan berusaha ikut serta dalam menjaga dan menyelamatkan sumber daya laut.
• Masyarakat lebih mematuhi peraturan hukum yang dibuat oleh pemerintah
• Pemerintah akan lebih tegas dalam menindak para pelaku perusak sumber daya laut.











BAB 2 LANDASAN TEORI

2.1 Seputar terumbu karang
Terumbu karang merupakan ekosistem laut dangkal tropis yang paling kompleks dan produktif. Terumbu karang juga merupakan ekosistem yang rentan terhadap perubahan lingkungan, namun tekanan yang dialaminya semakin meningkat seiring dengan penambahan jumlah penduduk dan aktivitas masyarakat di wilayah pesisir. Tingginya tekanan ini diakibatkan oleh banyaknya manfaat dan fungsi yang disediakan oleh terumbu karang dengan daya dukung yang terbatas, sedangkan kebutuhan manusia terus bertambah sepanjang waktu.
Secara alami, terumbu karang merupakan habitat bagi banyak spesies laut untuk melakukan pemijahan, peneluran, pembesaran anak, makan dan mencari makan, terutama bagi sejumlah spesies yang memiliki nilai ekonomis penting. Banyaknya spesies makhluk hidup laut yang dapat ditemukan di terumbu karang menjadikan ekosistem ini sebagai gudang keanekaragaman hayati laut. Saat ini, peran terumbu karang sebagai gudang keanekaragaman hayati menjadikannya sebagai sumber penting bagi berbagai bahan bioaktif yang diperlukan di bidang medis dan farmasi.
Struktur masif dan kokoh dari terumbu berfungsi sebagai pelindung sempadan pantai, dan ekosistem pesisir lain (padang lamun dan hutan mangrove) dari terjangan arus kuat dan gelombang besar. Struktur terumbu yang mulai terbentuk sejak ratusan juta tahun yang lalu juga merupakan rekaman alami dari variasi iklim dan lingkungan di masa silam, sehingga penting bagi penelitian paleoekologi. Ekosistem ini juga berperan penting dalam siklus biogeokimia secara global, karena kemampuannya menahan nutrien-nutrien dalam sistem terumbu dan perannya sebagai kolam untuk menampung segala bahan yang berasal dari luar sistem terumbu.
Secara umum, keseluruhan fungsi yang disediakan oleh terumbu karang dapat digolongkan menjadi fungsi fisik, fungsi kimia, dan fungsi biologi dan ekologi.
Manfaat terumbu karang
Dalam konteks ekonomi, terumbu karang menyediakan sejumlah manfaat yang dapat dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu manfaat berkelanjutan dan manfaat yang tidak berkelanjutan.




Gambar 1. Manfaat terumbu karang sebagai daerah tangkap ikan (fishing ground) nelayan tradisional
MANFAAT BERKELANJUTAN
1. Perlindungan pantai dan pulau kecil
2. Wisata bahari
3. Marikultur
4. Bioteknologi -Perdagangan biota ornamental
5. Wilayah perlindungan -Penambangan pasir karang
6. Kerajinan suvenir -Penelitian dan pendidikan
Berbagai manfaat yang dapat diperoleh manusia dari ekosistem terumbu karang, perlu diatur pengelolaannya karena terumbu karang merupakan ekosistem yang rentan akan perubahan lingkungan dan memiliki daya dukung terbatas. Dengan demikian, beberapa manfaat berkelanjutan yang awalnya mampu disediakan pada akhirnya tidak berkelanjutan karena laju pemanfaatannya yang berlebihan atau metode yang digunakan bersifat merusak (destruktif) seperti penangkapan ikan menggunakan racun sianida atau bom. Aktivitas seperti pengumpulan biota ornamental (kerang Conus, bintang laut Linckia) yang pada awalnya hanya bertujuan sebagai hobi atau koleksi, apabila sudah bersifat ekstraktif dan bertujuan untuk memenuhi permintaan pasar (perdagangan) akan berpotensi mengganggu keseimbangan ekosistem alami terumbu karang.
Dampak terbesar dan paling merusak yang mungkin terjadi atas ekosistem terumbu karang adalah pembangunan pesisir yang pesat akibat pertumbuhan penduduk yang tinggi dan meningkatnya berbagai kebutuhan manusia (pemukiman, perikanan, industri, pelabuhan, dan lain-lain). Hal ini akan memicu peningkatan tekanan ekologis terhadap ekosistem dan sumberdaya hayati yang terkandung di dalamnya.
MANFAAT YANG TIDAK BERKELANJUTAN
1. Aktivitas ekstratif
2. Perikanan dengan metode destruktif
3. Pengumpulan organisme terumbu
4. Perdagangan biota ornamental
5. Pembangunan pesisir




Gambar 2. Manfaat terumbu karang dapat berkurang atau bahkan musnah apabila di wilayah pesisir terdapat aktivitas pembangunan yang tidak ramah lingkungan
Peranan terumbu karang terhadap sistem perikanan
Terumbu karang merupakan ekosistem laut yang paling produktif dan tinggi keanekaragamanhayatinya. Produktivitas primer yang tinggi dan kompleksnya habitat yang terdapat di ekosistem terumbu karang memungkinkan daerah ini berperan sebagai tempat pemijahan, tempat pengasuhan dan tempat mencari makan berbagai spesies ikan dan biota laut lainnya. Dengan demikian, secara otomatis produksi sekunder (ikan dan biota laut lain) di daerah terumbu karang juga sangat tinggi.
Komunitas ikan di ekosistem terumbu karang terdapat dalam jumlah yang besar dan terlihat mengisi seluruh daerah di terumbu, sehingga dapat dikatakan bahwa ikan merupakan penyokong berbagai macam hubungan yang ada dalam ekosistem terumbu. Tingginya keanekaragaman jenis dan kelimpahan komunitas ikan di ekosistem terumbu disebabkan oleh tingginya variasi habitat terumbu atau beragamnya relung (niche) dari spesies-spesies ikan tersebut. Habitat di terumbu tidak hanya tersusun oleh komunitas karang saja, melainkan juga terdiri atas daerah berpasir, ceruk dan celah, daerah alga, serta zona-zona yang berbeda yang melintasi hamparan terumbu.
Selain keanekaan relung hidup yang tinggi, ada faktor lain yang perlu dipertimbangkan yaitu tingkat spesialisasi yang tinggi dari tiap spesies. Banyak spesies ikan yang memiliki kebutuhan yang sama sehingga terdapat persaingan aktif, baik antara spesies yang berbeda maupun antara spesies yang sama. Persaingan ini kemudian menuju pada pembentukan relung ekologi yang lebih sempit lagi. Dengan demikian, di ekosistem terumbu karang seringkali terlihat bahwa pergerakan banyak spesies ikan sangat terlokalisasi, terbatas pada daerah-daerah tertentu, dan terdapat perbedaan yang nyata antara ikan-ikan yang aktif di malam dan siang hari.
2.2 Faktor-faktor penyebab kerusakan
Kerusakan terumbu karang pada dasarnya disebabkan oleh tiga faktor yakni faktor fisik, biologis dan aktivitas manusia. Faktor fisik umumnya bersifat alami seperti perubahan suhu, bencana alam, salah satu contohnya adalah musibah bencana asap pertengahan tahun 1997 lalu yang mengakibatkan suhu air laut turun, sinar matahari tertutup sehingga terumbu karang tidak dapat melakukan fotosintesis dan ditambah lagi dengan adanya bloming red tide yang mengakibatkan terjadinya bleaching terhadap terumbu karang yang akhirnya terumbu tersebut mati. Faktor biologis seperti adanya pemangsaan oleh biota yang berasosiasi dengan terumbu karang, misalnya oleh hewan laut mahkota berduri ( Achantaster planci). Sedangkan faktor aktivitas manusia, faktor inilah yang memberikan andil sangat besar trehadap kerusakan terumbu tersebut misalnya : penangkapan ikan dengan bahan peledak dan penggunaan racun, penambangan karang, sedimentasi yang berasal dari limbah industri, rumah tangga, dan alat tangkap pukat harimau yang berasal dari luar Sumbar. Akibatnya ancaman yang muncul tidak saja sekedar berkurangnya hasil tangkapan nelayan setempat, tetapi juga hancurnya terumbu karang.

2.4 Akibat yang ditimbulkan
Dari luas areal total yang diperkirakan mencapai 85.700 km2, hanya 6% yang kondisinya baik, sementara 31.5 % dalam kondisi sedang dan 40 % dalam kondisi yang rusak berat. Angka tersebut adalah hasil penelitian secara Nasional yang dilakukan poleh LIPI yang bekerja sama dengan berbagai instansi, perguruan tinggi, LSM dan pemerhati masalah kelautan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Puslitbang Perikanan Universitas Bung Hatta sejak tahun 1995, kondisi terumbu karang di perairan Sumatera Barat hampir 80% dalam keadaan rusak berat.
Kondisi yang demikian sudah cukup sering dilontarkan para peneliti, wakil rakyat, pemerintah, lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan pemerhati lingkungan. Penyebap dari kersusakan tersebut rata-rata hampir sama pada setiap kawasan yang memiliki ekosistim multi fungsi ini, yaitu akibat penangkapan ikan dengan bahan peledak, penggunaan racun potasium, pecvemaran perairan oleh limbah serta pada daerah-daerah tertentu karena pengambilan karang untuk bahan bagunan dan sovenir.
Sebaran Terumbu Karang
Indonesia memiliki sekitar 450 jenis karang. Terutama Indonesia bagian timur, satu unit terumbu karang dapat mengandung lebih dari 140 jenis karang batu. Keanekaragaman kelompok-kelompok yang berasosiasi dengan terumbu pun juga cukup tinggi.
Menurut Reefbase (1997), sedikitnya terdapat 14.000 jenis terumbu karang di 243 lokasi yang tersebar di seluruh Kepulauan Indonesia, dengan total luas diperkirakan lebih dari 85.700 Km2 atau sekitar 14 % dari luas terumbu karang dunia. Terumbu karang Indonesia yang sebagian besar tersebar di Indonesia Timur. Dibagian lain kondisinya sudah menurun drastic, karena praktek pengelolaan dan pemanfaatannya yang tidak ramah lingkungan.

Sedang Herman Cesar (1997), ahli ekonomi terumbu karang Bank Dunia, mengukur tingkat kerusakan terumbu karang dari sisi pengelolaan sumberdayanya. Besarnya keuntungan dan kerugian ekonomis yang ditimbulkan oleh bentuk-bentuk eksploitasi terhadap sumberdaya perikanan karang per Km persegi adalah sebagai berikut ( dalam satuan ribu US$ per kilometer persegi ) :
Manfaat bagi pelaku perusakan Kerugian negara ( masyarakat luas )
Perikanan Perlindungan Wisata Lain-lain total
Penangkapan dengan racun 33 - 40 0 3 – 436 n.q 43 - 476
Penangkapan dengan bom 15 - 86 9 - 193 3 - 482 n.q 98 – 761
Pengambilan karang 121 - 94 12 - 260 3 - 482 >67 176 – 903
Sedimen – penebangan hutan 98 - 81 - 192 n.q 273
Sedimen – pembangunan kota n.q n.q n.q n.q n.q
Over Fishing 39 - 109 - n.q n.q 109

Keterangan :
Perhitungan berdasarkan Current value, tingkat suku bunga 10 %, dalam periode 25 tahun. Selang menunjukkan lokasi dari nilai rendah dan tinggi atas nilai potensi pariwisata dan perlindunngan pantai.
Kerugian lain-lain : mencakup kerugian akibat kehilangan pengamanan pangan dan nilai keanekaragaman hayati ( tidak dapat dihitung )dan kerugian lain akibat pengambilan karang serta akibat sedimentasi hasil penebangan hutan.
Dr. Suharsono dari P3O-LIPI mengatakan bahwa, berdasarkan data Departemen Pekerjaan Umum Bali untuk merehabilitasi kerusakan pantai sepanjang 1 km diperlukan biaya Rp. 1.2 milyar, nah dari angka-angka tersebut diatas berapakah biaya yang harus dikeluarkan untuk memperbaiki pelindung pantai ini ?. Perhitungan angka-angka yang dilakukan oleh Cesar ini hanya mencakup manfaat dari perikanan saja, padahal masih banyak manfaat lainnya seperti nilai keanekaragaman hayati, nilai produk farmasi dan lainnya yang tidak dapat dinilai ( Kompas, 23/07/97)
Kekawatiran berbagai pihak terhadap kerusakan ekosistim ini adalah suatu hal yang wajar. karena kerugian yang ditimbulkanya tidak sedikit. Kerusakan dan kehancuran terumbu karang ini juga akan mengancam kehidupan manusia beberapa tahun kedepan, lantaran pemulihan kondisi terumbu karang tersebut memerlukan waktu sangat lama. Dengan hancurnya brikade pelindung pantai ini bukan tak mungkin kawasan pemukiman yang berada di sepanjang pantai akan ikut tenggelam.

Kawasan Pesisir Pantai Terancam
Keganasan gelombang pasang dan ombak juga tak terlepas dari akibat rusaknya terumbu karang dan bakau. Beberapa lokasi disepanjang pantai Sumatera Barat sudah tidak aman lagi bagi penduduk yang bermukim disekitarnya, lantaran telah sering dihantam gempuran ombak sehingga pengikisan pantai (abrasi) tidak dapat terelakan lagi terjadi dimana-mana. Perhatikanlah pemukiman penduduk disepanjang Pantai Padang, air laut sudah semakin dekat ke tempat pemukiman, lihatlah sepanjang jalan Samudera portal-portal beton pembendung ombak telah banyak yang rusak dan retak-retak, susunan batu beronjong yang dibuatpun seakan tak berdaya menahan gempuran ombak .
Gejala bencana abrasi ini di Sumatera Barat telah mulai terasa, hasil pengamatan disepanjang pantai Air Tawar, Pantai Purus, Pantai Ulakan Pariaman, atau Pantai Sasak, sejak beberapa tahun terakhir ini telah berulang kali diterpa ombak dan terjadinya pengikisan. Baru-baru ini pemukiman penduduk sepanjang pantai Purus dan Pantai Pasir Ulak Karang kembali diterpa gelombang yang akhir-akhir ini semakin ganas akibat pengaruh iklim global Lanina, sehingga Pemda Kodya Padang pun mendapat PR baru untuk berusaha mencarikan lahan baru atau memindahkan warga kota yang bermukim disepanjang garis pantai tersebut.
Terjadinya abrasi dan ganasnya ombak tak terlepas dari akibat rusak parahnya terumbu karang dan hutan bakau. Abrasi pantai merupakan contoh klasik yang menyebabkan ombak dan gelombang laut leluasa mengerus pantai. Memang kedua eksistim ini merupakan ibarat "bentengnya daratan".
Dilain pihak pengaruh kerusakan terumbu karang ini pada masyarakat pesisir pantai dapat dilihat dari beberapa indikator seperti telah mulai langkanya ikan-ikan karang (kerapu, kakap, dll), sehingga harganya menjadi lebih mahal, konsumen pun mengeluh tapi tak terlalu memperhatikan karena tenggelam oleh kompleksitas kehidupan modern sehari-hari. Bagi masyarakat pesisir yang terlibat langsung dengan ekosistim ini (nelayan) akan mengubah cara menangkap ikan dengan lebih desktruktif lagi karena jumlah ikan makin jarang didapat. Salah satu pilihan mereka adalah dengan merubah perahu yang lebih jauh jangkauannya, sehingga mobilitasnya lebih tinggi, perubahan ini bisa membawa mereka terjebak pada bebab hutang yang tinggi karena harga perahu yang lebih besar harganya mahal.
Perubahan-perubahan dalam terumbu karang dapat pula mempengaruhi industri wisata bahari, yang semakin lama semakin sulit untuk membuat para wisatawan selam untuk melakukan selam untuk kedua kalinya di lokasi yang sama.
Kekawatiran berbagai pihak terhadap kerusakan ekosistim ini adalah suatu hal yang wajar. karena kerugian yang ditimbulkanya tidak sedikit. Kerusakan dan kehancuran terumbu karang ini juga akan mengancam kehidupan manusia beberapa tahun kedepan, lantaran pemulihan kondisi terumbu karang tersebut memerlukan waktu sangat lama. Dengan hancurnya brikade pelindung pantai ini bukan tak mungkin kawasan pemukiman yang berada di sepanjang pantai akan ikut tenggelam.

2.5 Ketegasan hukum dalam menangani kerusakan
Hukum tentang pelestarian ekosistem laut, telah tertulis jelas dalam UU no.31 Tahun 2004. Didalamnya tertulis dengan jelas termasuk sanksi atas pelanggarannya.
Namun, pada pelaksanaannya masih lamban. Banyak terdapat papan peringatan, bahkan hampir di setiap kawasan laut terdapat peringatan untuk menjaga kelestarian laut, tapi,itu tidak banyak membantu, karena papan itu hanya tinggal papan peringatan.


2.6 Program yang digalakan oleh pemerintah
2.6.1 SISWASMAS
Maraknya pengeboman dan penggunaan potas untuk pengambilan ikan besar dan kecil di laut, khususnya wilayah Selat Bali membuat Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi membentuk tim Sistim Pengawasan Masyarakat (SISWASMAS). Tim tersebut untuk membantu kelestarian laut dan terumbu karang sebagaimana diatur dalam undang – undang. Bahkan, tim SISWASMAS ini terbagi di beberapa tempat penyandaran perahu ikan, seperti di Pantai Pancer, Muncar, Grajagan dan Mandar serta Wongsorejo.
Tim ini juga berfungsi sebagai security laut, yang mana nanti kalau terjadi pelanggaran, seperti tindak pidana. Sementara, tim operasi penertiban dan pengawasan laut yang terdiri dari TNI – AL, Syahbandar, Pol – Airud dan Dinas Perikanan Kelautan. Kerja tim ini memantau daerah laut untuk kelestarian dan terumbu karang di sepanjang Selat Bali.
Dengan adanya tim nini wilayah Selat Bali sampai Semenanjung Blambangan akhir – akhir ini turun drastis, terutama para oknum yang selama ini merusak habitat laut. Karena seperti diketahui selama ini di laut banyak terjadi pelanggaran, khususnya terkait soal pengeboman. Akibat hal tersebut bisa merusak terumbu karang dan lain sebagainya.

2.6.2 Penyuluhan untuk masyarakat dan para nelayan
Tim dinas Perikanan dan Kelautan mengadakan penyuluhan kepada masyarakat, terutama para nelayan yang diadakan seminggu sekali. Ini dilaksanakan agar para masyarakat dan nelayan tahu bahwa menangkap ikan menggunakan potasium maupun pukat harimau dapat merusak ekosistem terumbu karang.
Terkadang, masyarakat dan para nelayan tidak memperdulikannya dan tetap melakukan aksi mereka yang dapat merugikan terumbu karang itu sendiri. Namun, tim Dinas Perikanan dan Kelautan berusaha semaksimal mungkin untuk menyadarkan masyarakat.
2.6.3 Transpalasi Terumbu Karang
2.6.4 Rehabilitasi Ekosistem Terkait















BAB III HASIL PENELITIAN

3.1 Kondisi terumbu karang

Hasil pengamatan / survey menunjukkan bahwa kondisi terumbu karang di perairan Kabupaten Banyuwangi (Selat Bali) dalam kondisi kritis dan rusak atau rata – rata tertutup karang, hidup hanya 25-30%. Tertutup karang hidup terendah yaitu antara 18 - 24% dijumpai di daerah Bengkak, Bangsring dan Bomo yang jauh dari pantai dan pemukiman penduduk. Sedangkan yang tertutup karang hidup relatif tinggi yaitu antara 25 – 30 % adalah di daerah Pulau Tabuhan, Kampe, Watu Dodol, Selogiri, Kayu Aking dan Senggrong.
Keadaan tersebut di atas disebabkan terumbu karang dekat dengan pantai / pemukiman penduduk mendapat tekanan dari aktifitas manusia yang lebih intensif berupa pengeboman, penambangan, penggunaan garam cianida serta sedimentasi sebagai akibat dari rusaknya system penyangga hutan bakau. Kerusakan hutan bakau tersebut disebabkan adanya kegiatan konversi untuk tambak (Whitler at al, 1987). Kondisi terumbu karang yang begitu
Tabel : Kondisi dan Tutupan Karang Hidup di Perairan Selat Bali
No Lokasi Luas Areal (Ha) Penutupan (%) Kondisi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
P. Tabuhan
Bengkak
Kampe
Bangsring
Watu Dodol
Selogiri
Bomo
Kayu Aking
Senggrong 4
3
6
2
1
1,5
1
10
25

53,5 30
23
26
21
26
27
18
28
30

25,3 Rusak
Kritis
Rusak
Kritis
Rusak
Rusak
Kritis
Rusak
Rusak

Rusak
menunjukkan kerusakan yang temporer (masih bisa dipulihkan). Akan tetapi apabila kondisi ini dibiarkan maka dapat menyebabkan penurunan bahkan hilangnya sumber daya ikan.
Untuk mencegah kerusakan lebih lanjut dan memulihkan sumber daya yang ada diperlukan suatu tindakan konservasi dan rehabilitasi dengan mengikutsertakan masyarakat setempat dalam pengelolaannya. Tindakan ini dapat berupa pemasangan terumbu karang buatan, transplatasi, rehabilitasi ekosistem terkait (padang lamun, hutan bakau) serta perbaiki kondisi lingkungan pantai.

3.2 Struktur terumbu karang

Struktur terumbu karang di perairan Kabupaten Banyuwangi (Selat Bali) terdiri dari karang mati (dead coral), karang lunak (soft coral) dan karang otak (massive coral). Rata – rata penutupan di berbagai lokasi adalah 36 %, 13 %, 8 %.
Tipe penutupan karang seperti di atas menunjukkan bahwa terumbu karang di perairan Selat Bali mengalami kerusakan akibat aktivitas manusia. Pada terumbu karang alami yang rusak disebabkan oleh peristiwa alam, pertumbuhan karang tipe bercabang dominan.
Karang mati sebagai indikator kerusakan terumbu karang mengacu pada prinsip pertumbuhan binatang karang yang tidak terbatas oleh waktu. Pada keadaan perairan dengan toleransi maksimum bagi kehidupan binatang – binatang karang akan tumbuh terus. Kematian binatang karang biasanya disebabkan atau akibat eksploitasi sumber daya yang tidak rasional. Setiap pencemaran oleh manusia menyebabkan ciri khas pada kematian binatang karang, menurut Subani (1993) akibat penggunaan bahan peledak sehingga terjadi kehancuran binatang karang yang berkeping – keping. Sedangkan bintang karang yang mati akibat pencemaran sedimen, tubuhnya tetap utuh dengan permukaan yang diselimuti oleh partikel – partikel. Kematian binatang karang yang teracuni garam cianida tubuhnya masih utuh dan permukaannya bersih dari partikel – partikel tetapi warnanya tidak cerah (pucat).
Hasil pengamatan visual menunjukkan bahwa biota – biota yang melekat pada terumbu buatan bervariasi dengan intensitas penempelan pada terumbu ban lebih rendah bila dibandingkan dengan terumbu beton, meskipun kedua tipe terumbu tersebut berumur kurang dari 2 tahun. Adapun biota – biota menempel relatif banyak terdiri dari jenis lumut (Bryozoa) dan alga. Selain itu, dijumpai pula jenis udang, tunikata, amphipora, teritip, molusca, dan berbagai jenis invertebrata lain seperti karang lunak dan karang bercabang.
Dari hasil pengamatan terumbu karang buatan diperoleh lebih dari 20 jenis biota penempel dengan tutupan 20 – 100 koloni per meter per segi yang didominasi oleh teritip, sponge dengan berbagai bentuk dan warna.

3.3 Prospek terumbu buatan

Seperti banyak diketahui bahwa material padat yang mempunya konstruksi tertentu seperti beton, besi, karet atau ban apabila ditenggelamkan ke laut akan memberikan kesempatan kepada biota penempel untuk hidup. Kecuali itu, material padat juga merupakan subtrak bagi pertumbuhan karang, tempat berlindung, tempat bertelur pada musim – musim pemijaan dan merupakan daerah asuhan setelah terjadi suksesi primer akan menjadi tempat mencari makan bagi berbagai jenis ikan.
Pada akhirnya setelah beberapa tahun kemudian, permukaan material tersebut bentuknya berubah karena banyaknya intensitas penempelan biota dan pertumbuhan karang. Ditambah dengan hadirnya biota – biota yang biasanya yang berasosiasi dengan karang terbentuklah suatu ekosistem yang akan mengembalikan produktivitas sumber daya ikan di perairan setempat. Pemulihan terumbu karang dari kondisi rusak sampai mencapai keadaan sempurna dengan pemulihan defersitas berbagai jenis biota membutuhkan waktu 20 – 40 tahun.

3.4 Komposisi jenis ikan

Jumlah jenis ikan pada setiap rumpun terumbu buatan dan alami bervariasi yaitu antara 30 – 60 jenis ikan. Secara umum, komposisi jenis tersebut tergantung dengan bahan terumbu karang, jumlah rumpun, sifat dasar perairan dan kondisi air, biota – biota penempel baik sebagai makanan maupun sebagai simbion, serta kedalaman terumbu buatan.
Menurut Bonsack (1989), terumbu buatan menyediakan tempat berlindung yang lebih baik dari terumbu karang alami, tetapi tidak semua jenis dan ukuran ikan terutama ikan – ikan kecil yang masih muda. Selain itu, ketertarikan ikan terhadap terumbu buatan karena mencari makan berupa algae, krustacea dan atau ikan – ikan kecil lainnya. Terumbu buatan yang terbuat dari beton merupakan subtrak dasar yang lebih baik daripada terumbu dari ban. Selain itu, proses pertumbuhan karang dan biota penempel pada ban membutuhkan waktu yang relatif lama.














BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan dan Saran
- Kondisi terumbu karang di perairan Kabupaten Banyuwangi (Selat Bali) berada dalam keadaan rusak, dengan rata-rata penutupan binatang karang 25.3%.
- Terumbu karang buatan yang baru berumur kurang 2 tahun perkembangan komunitas ikan sudah menonjol serta sebagian dari terumbu tersebut telah ditempeli biota-biota laut.
- Terumbu buatan mampu memberikan harapan yang besar dalam mengembalikan dan meningkatkan sumber daya perikanan dan kelautan.
- Perlunya peningkatan pengawasan dan penertiban terhadap pengelolaan terumbu karang di perairan Kabupaten Banyuwangi yang mengikutsertakan masyarakat pantai atau pesisir.
- Mengingat sebagian besar kondisi terumbu karang di perairan Kabupaten Banyuwangi kritis dan rusak maka perlu memulihkan kembali kondisinya dengan konservasi dan rehabilitasi melalui transplantasi, terumbu buatan serta perbaikan ekosistem terkait. Dalam hal ini pemerintah berperan penting dalam proses pelaksanaannya.
- Penegasan hukum terhadap para pelaku kriminal perusakan ekosistem terumbu karang lebih ditingkatkan.













SALAM PENUTUP

Demikianlah hasil penelitian kami tentang kerusakan terumbu karang dalam perspektif hukum. Kami berharap karya tulis ini sangat bermanfaat untuk menjadikan terumbu karang di Banyuwangi khususnya dan di seluruh nusantara pada umumnya agar semakin baik kondisinya dan lestari. Selain itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat mendukung demi kesempurnaan karya tulis ini bagi para pembaca sekalian.























DAFTAR PUSTAKA

PUISI LAMA

PUISI LAMA
A.PENGERTIAN
Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan.
Aturan- aturan itu antara lain :
1. Jumlah kata dalam 1 baris
2. Jumlah baris dalam 1 bait
3. Persajakan (rima)
4. Banyak suku kata tiap baris
5. Irama
B. MACAM-MACAM PUISI LAMA
1. MANTRA
Mantra adalah merupakan puisi tua, keberadaannya dalam masyarakat Melayu pada mulanya bukan sebagai karya sastra, melainkan lebih banyak berkaitan dengan adat dan kepercayaan.
Contoh:
Assalammu’alaikum putri satulung besar
Yang beralun berilir simayang
Mari kecil, kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading
Akan membasuh mukamu
2.GURINDAM
Gurindam adalah puisi lama yang berasal dari Tamil (India)
CIRI-CIRI GURINDAM:
a. Sajak akhir berirama a – a ; b – b; c – c dst.
b. Berasal dari Tamil (India)
c. Isinya merupakan nasihat yang cukup jelas yakni menjelaskan atau menampilkan suatui sebab akibat.
Contoh :
Kurang pikir kurang siasat (a)
Tentu dirimu akan tersesat (a)
Barang siapa tinggalkan sembahyang ( b )
Bagai rumah tiada bertiang ( b )
Jika suami tiada berhati lurus ( c )
Istri pun kelak menjadi kurus ( c )
3. SYAIR
Syair adalah puisi lama yang berasal dari Arab.
CIRI - CIRI SYAIR :
a. Setiap bait terdiri dari 4 baris
b. Setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata
c. Bersajak a – a – a – a
d. Isi semua tidak ada sampiran
e. Berasal dari Arab
Contoh :
Pada zaman dahulu kala (a)
Tersebutlah sebuah cerita (a)
Sebuah negeri yang aman sentosa (a)
Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)
Negeri bernama Pasir Luhur (a)
Tanahnya luas lagi subur (a)
Rakyat teratur hidupnya makmur (a)
Rukun raharja tiada terukur (a)
Raja bernama Darmalaksana (a)
Tampan rupawan elok parasnya (a)
Adil dan jujur penuh wibawa (a)
Gagah perkasa tiada tandingnya (a)
4.PANTUN
Pantun adalah puisi Melayu asli yang cukup mengakar dan membudaya dalam masyarakat.
CIRI – CIRI PANTUN :
1. Setiap bait terdiri 4 baris
2. Baris 1 dan 2 sebagai sampiran
3. Baris 3 dan 4 merupakan isi
4. Bersajak a – b – a – b
5. Setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata
6. Berasal dari Melayu (Indonesia)
Contoh :
Ada pepaya ada mentimun (a)
Ada mangga ada salak (b)
Daripada duduk melamun (a)
Mari kita membaca sajak (b)
MACAM-MACAM PANTUN
1. DILIHAT DARI BENTUKNYA
a. PANTUN BIASA
Pantun biasa sering juga disebut pantun saja.
Contoh :
Kalau ada jarum patah
Jangan dimasukkan ke dalam peti
Kalau ada kataku yang salah
Jangan dimasukan ke dalam hati
2. SELOKA (PANTUN BERKAIT)
Seloka adalah pantun berkait yang tidak cukup dengan satu bait saja sebab pantun berkait merupakan jalinan atas beberapa bait.
CIRI-CIRI SELOKA:
a. Baris kedua dan keempat pada bait pertama dipakai sebagai baris pertama dan ketiga bait kedua.
b. Baris kedua dan keempat pada bait kedua dipakai sebagai baris pertama dan ketiga bait ketiga
c. Dan seterusnya
Contoh :
Lurus jalan ke Payakumbuh,
Kayu jati bertimbal jalan
Di mana hati tak kan rusuh,
Ibu mati bapak berjalan
Kayu jati bertimbal jalan,
Turun angin patahlah dahan
Ibu mati bapak berjalan,
Ke mana untung diserahkan
3. TALIBUN
Talibun adalah pantun jumlah barisnya lebih dari empat baris, tetapi harus genap misalnya 6, 8, 10 dan seterusnya.
Jika satu bait berisi enam baris, susunannya tiga sampiran dan tiga isi.
Jika satiu bait berisi delapan baris, susunannya empat sampiran dan empat isi.
Jadi :
Apabila enam baris sajaknya a – b – c – a – b – c.
Bila terdiri dari delapan baris, sajaknya a – b – c – d – a – b – c – d
Contoh :
Kalau anak pergi ke pekan
Yu beli belanak pun beli sampiran
Ikan panjang beli dahulu
Kalau anak pergi berjalan
Ibu cari sanak pun cari isi
Induk semang cari dahulu
4. PANTUN KILAT ( KARMINA )
CIRI-CIRINYA :
a. Setiap bait terdiri dari 2 baris
b. Baris pertama merupakan sampiran
c. Baris kedua merupakan isi
d. Bersajak a – a
e. Setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata
Contoh :
Dahulu parang, sekarang besi (a)
Dahulu sayang sekarang benci (a)
2. DILIHAT DARI ISINYA
2.1. PANTUN ANAK-ANAK
Contoh :
Elok rupanya si kumbang jati
Dibawa itik pulang petang
Tidak terkata besar hati
Melihat ibu sudah datang
2.2. PANTUN ORANG MUDA
Contoh :
Tanam melati di rama-rama
Ubur-ubur sampingan dua
Sehidup semati kita bersama
Satu kubur kelak berdua
2.3. PANTUN ORANG TUA
Contoh :
Asam kandis asam gelugur
Kedua asam riang-riang
Menangis mayat di pintu kubur
Teringat badan tidak sembahyang
2.4. PANTUN JENAKA
Contoh :
Elok rupanya pohon belimbing
Tumbuh dekat pohon mangga
Elok rupanya berbini sumbing
Biar marah tertawa juga
2.5. PANTUN TEKA-TEKI
Contoh :
Kalau puan, puan cemara
Ambil gelas di dalam peti
Kalau tuan bijak laksana
Binatang apa tanduk di kaki
Puisi Lama
pantun jenaka
nonton tv filmnya aci
sambil nonton makan kuaci
kalau kakak sudah benci
tutup pintu lalu kunci
pantun nasihat
beli sekayu kainkasa
cukup diukur dengan lerengnya
bangsa melayu menjaga bahasa
lengkap dengan sopan adapnya
pantun teka-teki
ada sebiji roda pedati
bentuknya bulat daripada besi
bila bermain diikat sekuat hati
dilempar hidup dipegang mati?
pantun remaja
apa guna pasang pelita
jika dengan sumbunya
apa guna bermain mata
kalau tidak dengan sungguhnya
gurindam
barang siapa mengenal Allah
suruh dan tegahnya tiada ia mengalah
barang siapa mengenal diri
maka telah mengenal Tuhan yang bahri
barang siapa mengenal dunia
tahulah ia barang yang terpedaya
karmina
sudah gaharu cendana pula
sudah tahu masih bertanya pula
syair
kalau anak pergi ke pekan
yu beli belanak beli
ikan panjang beli dahulu
kalau anak pergi berjalan
ibu cari sanakpun cari
induk senang cari dahulu
PUISI BARU
A.MACAM-MACAM PUISI BARU
1. DISTIKON
Distikon adalah sanjak 2 seuntai, biasanya bersajak sama.
Contoh :
Berkali kita gagal
Ulangi lagi dan cari akal
Berkali-kali kita jatuh
Kembali berdiri jangan mengeluh
(Or. Mandank)
2. TERZINA
Terzina adalah sanjak 3 seuntai.
Contoh :
Dalam ribaan bahagia datang
Tersenyum bagai kencana
Mengharum bagai cendana
Dalam bah’gia cinta tiba melayang
Bersinar bagai matahari
Mewarna bagaikan sari
Dari ; Madah Kelana
Karya : Sanusi Pane
3. QUATRAIN
Quatrain adalah sanjak 4 seuntai
Contoh :
Mendatang-datang jua
Kenangan masa lampau
Menghilang muncul jua
Yang dulu sinau silau
Membayang rupa jua
Adi kanda lama lalu
Membuat hati jua
Layu lipu rindu-sendu
(A.M. Daeng Myala)
4. QUINT
Quint adalah sanjak 5 seuntai
Contoh :
Hanya Kepada Tuan
Satu-satu perasaan
Hanya dapat saya katakan
Kepada tuan
Yang pernah merasakan
Satu-satu kegelisahan
Yang saya serahkan
Hanya dapat saya kisahkan
Kepada tuan
Yang pernah diresah gelisahkan
Satu-satu kenyataan
Yang bisa dirasakan
Hanya dapat saya nyatakan
Kepada tuan
Yang enggan menerima kenyataan
(Or. Mandank)
5. SEXTET
Sextet adalah sanjak 6 seuntai.
Contoh :
Merindu Bagia
Jika hari’lah tengah malam
Angin berhenti dari bernafas
Sukma jiwaku rasa tenggelam
Dalam laut tidak terwatas
Menangis hati diiris sedih
(Ipih)
6. SEPTIMA
Septima adalah sanjak 7 seuntai.
Contoh :
Indonesia Tumpah Darahku
Duduk di pantai tanah yang permai
Tempat gelombang pecah berderai
Berbuih putih di pasir terderai
Tampaklah pulau di lautan hijau
Gunung gemunung bagus rupanya
Ditimpah air mulia tampaknya
Tumpah darahku Indonesia namanya
(Muhammad Yamin)
7. STANZA ( OCTAV )
Octav adalah sanjak 8 seuntai
Contoh :
Awan
Awan datang melayang perlahan
Serasa bermimpi, serasa berangan
Bertambah lama, lupa di diri
Bertambah halus akhirnya seri
Dan bentuk menjadi hilang
Dalam langit biru gemilang
Demikian jiwaku lenyap sekarang
Dalam kehidupan teguh tenang
(Sanusi Pane)
8. SONETA
Soneta adalah bentuk kesusasteraan Italia yang lahir sejak kira-kira pertengahan abad ke-13 di kota Florance.
CIRI – CIRI SONETA :
a. Terdiri atas 14 baris
b. Terdiri atas 4 bait, yang terdiri atas 2 quatrain dan 2 terzina
c. Dua quatrain merupakan sampiran dan merupakan satu kesatuan yang disebut octav.
d. Dua terzina merupakan isi dan merupakan satu kesatuan yang disebut isi yang disebut sextet.
e. Bagian sampiran biasanya berupa gambaran alam
f. Sextet berisi curahan atau jawaban atau kesimpulan daripada apa yang dilukiskan dalam ocvtav , jadi sifatnya subyektif.
g. Peralihan dari octav ke sextet disebut volta
h. Penambahan baris pada soneta disebut koda.
i. Jumlah suku kata dalam tiap-tiap baris biasanya antara 9 – 14 suku kata
j. Rima akhirnya adalah a – b – b – a, a – b – b – a, c – d – c, d – c – d
Contoh :
Gembala
Perasaan siapa ta ‘kan nyala ( a )
Melihat anak berelagu dendang ( b )
Seorang saja di tengah padang ( b )
Tiada berbaju buka kepala ( a )
Beginilah nasib anak gembala ( a )
Berteduh di bawah kayu nan rindang ( b )
Semenjak pagi meninggalkan kandang ( b )
Pulang ke rumah di senja kala ( a )
Jauh sedikit sesayup sampai ( a )
Terdengar olehku bunyi serunai ( a )
Melagukan alam nan molek permai ( a )
Wahai gembala di segara hijau ( c )
Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau ( c )
Maulah aku menurutkan dikau ( c )
(Muhammad Yamin)
B. FUNGSI SONETA
Pada masa lahirnya, Soneta dipergunakan sebagai alat untuk menyatakan curahan hati.
Kini tidak terbatas pada curahan hati semata-mata, melainkan perasaan-perasaan yang lebih luas seperti :
1. Pernyataan rindu pada tanah air
2. Pergerakan kemajuan kebudayaan
3. Ilham sukma
4. Perasaan keagamaan
C. SONETA DIGEMARI PARA PUJANGGA BARU
Faktor-faktor Soneta digemari oleh para Pujangga Baru antara lain :
1. Adanya penyesuaian dengan bentuk pantun ; yakni Octav dalam Soneta yang bersifat obyektif itu hampir sejalan dengan sampiran pada pantun.
Sedangkan sextet Soneta yang sifatnya subyektif itu merupakan isi pantun.
2. Baris-baris Soneta yang berjumlah 14 buah itu cukup untuk menyatakan perasaan atau curahan hati penyairnya.
3. Soneta dapat dipakai untuk menyatakan beraneka ragam perasaan atau curahan hati penyairnya.
D. PERSAMAAN DAN PERBEDAAN SONETA DENGAN PANTUN
1. PERSAMAAN SONETA DENGAN PANTUN
Pantun dan Soneta sama-sama mempunyai sampiran atau pengantar dan isi atau kesimpulan.
2. PERBEDAAN SONETA DENGAN PANTUN
a. Soneta puisi asli Italia, Pantun puisi asli Melayu
b. Satu bait Soneta terdiri terdiri dari 14 baris, satu bait Pantun terdiri atas 4 baris
c. Soneta berima bebas, pantun berima a-b-a-b
Puisi Baru
di kala surya tenggelam
rahasia hatiku menanti kehadiranmu
menanti datangnya lagu cinta darimu
ditemani lilin-lilin kecil
bersama bintang malam
kuhanya berharap
kau menjadi penjaga hati bagiku
meski ku harus menghitung hari
menunggu waktu yang dinanti
meski tak kudapat kesempurnaan itu
namun ku akan slalu ingat kamu
dan tak mungkin menghapus jejakmu
kaulah sesuatu yang beda yang kumiliki
izinkan aku untuk jadi rahasia hatimu
aku takut kehilangan dirimu
kukan slalu menjaga hati ini
http://elviana24 wordpress,com/2008/01/31/puisi-lama-puisi-baru/
http://agepe-lesson.blogspot.com/2008/02/puisi-baru.html
http://agepe-lesson.blogspot.com/2008/02/puisi-lama.html
PENGERTIAN RESENSI

Adalah tulisan / karangan / ulasan mengenai nilai sebuah buku / hasil karya seseorang.
Resensi diartikan juga sebagai tinjauan buku / bedah buku / timbangan buku / penilaian buku.
Resensi merupakan tulisan yang menyajikan sejumlah informasi tentang sebuah buku.

TUJUAN RESENSI
1. Untuk menyampaikan pendapat kepada pembaca apakah sesuatu yang diresensi itu perlu mendapat smbutan atau tidak.
2. Untuk mengungkapkan nilai-nilai yang terkandung dalam karya yang diresensi, termasuk keunggulan dan kelemahannya.

Efektif Menulis Resensi Buku

Menulis resensi pada dasarnya sama dengan menulis karya ilmiah seperti artikel, opini, feature. Berbagai macam bentuk penulisan bisa diterapkan. Yang sering kita lihat di media massa biasanya berbentuk artikel yang panjangnya kira-kira antara 5000 sampai 8000 karakter. Ada yang juga yang berbentuk ulasan naratif feature karakternya lebih panjang dari ukuran dari 8000 karakter.
Minimal ada tiga jenis resensi. 1. Informatif, maksudnya, isi dari resensi hanya secara singkat dan umum dalam menyampaikan keseluruhan isi buku. 2. Deskriptif, maksudnya, ulasan bersifat detail pada tiap bagian/bab. 3. Kritis, maksudnya, resensi berbentuk ulasan detail dengan metodologi ilmu pengetahuan tertentu. Isi dari resensi biasanya kritis dan objektif dalam menilai isi buku.
Tentu saja ketiga jenis resensi di atas tidak baku. Bisa jadi resensi jenis informatif namun memuat analisa deskripsi dan kritis. Alhasil, ketiganya bisa diterapkan bersamaan.
Beragam jenis buku tentu menjadi persoalan tersendiri. Karya ilmiah semacam tesis, skripsi, disertai akan berbeda dengan buku novel. Begitu juga metode penulisan tidak akan sama saat kita praktekkan.
Di bawah ini, ada beberapa kiat yang bisa membantu kita untuk mempermudah penulisan resensi.
1. Baca isi buku dengan pemahaman keilmuan yang kita miliki. Seorang yang tidak menguasai teori sastra sama sekali, jelas akan kesulitan menganalisa buku sastra. Apakah peresensi harus seorang ahli/ilmuwan? Tentu tidak. Tapi, minimal menguasai dasar-dasar suatu ilmu pengetahuan yang ada dalam isi buku tersebut.
2. Peresensi yang baik seyogianya membaca isi buku secara lengkap, jika perlu berulang-ulang dan membandingkan dengan beberapa buku serupa. Tapi ini akan merepotkan dan menghabiskan energi. Peresensi yang demikian biasanya untuk penulisan jenis resensi kritik. Untuk jenis resensi informatif atau deskriptif, kita hanya mencari bagian-bagian point of view dari tema buku, termasuk kata pengantar dan epilog. Namun demikian, hanya bisa diterapkan untuk mengulas buku ilmiah yang mana bab per babnya disusun secara baku dan teratur. Untuk buku jenis novel jelas tidak bisa diterapkan.
3.Pilih tema pokok yang ingin anda jelaskan dalam resensi. Point of view, atau angle tidak boleh lebih dari satu. Hal ini untuk menghindari melebarnya pembahasan dari tema pokok.
4. Kutip beberapa materi dari isi buku sebagai data ulasan.
5. Berikan penjelasan pada lead tulisan secara singkat dan deskriptif isi buku.
6. Materi isi buku dijabarkan pada bagian struktur/badan penulisan.
7.Akhiri penulisan dengan komentar singkat. Peresensi yang baik akan menyanjung dan mengkritik secara objektif dan proporsional. Ingat, posisi peresensi dalam hal ini adalah sama dengan seorang ilmuwan. Tak boleh subjektif dan distortif dalam menyampaikan ulasan
KARYA TULIS ILMIAH
• Tulisan ilmiah: tulisan yang didasari oleh hasil pengamatan, peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan yang santun, bahasa dan isinya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya/ keilmiahannya. (Eko Susilo, M. 1995:11)
• Karya tulis ilmiah: karya ilmiah yang bentuk, isi, dan bahasanya menggunakan kaidah-kaidah keilmuan, Karya tulis ilmiah: karya ilmiah yang dibuat berdasarkan pada kegiatan-kegiatan ilmiah (penelitian lapangan, percobaan laboratorium, telaah buku/ library research, dll.) -
Tulisan disebut sebagai karya tulis ilmiah apabila: 1. Disertakan fakta dan data yang bukan merupakan khayalan ataupun pendapat pribadi. 2. Disajikan dengan bentuk ilmiah, obyektif atau apa adanya. . Menggunakan bahasa baku (ilmiah), lugas, dan jelas, lepas dari makna yang sifatnya konotasi/ ambigu.
• Karya Ilmiah terbagi atas karangan ilmiah dan laporan ilmiah. - Karangan Ilmiah Karangan ilmiah adalah salah satu jenis karangan yang berisi serangkaian hasil pemikiran yang diperoleh sesuai dengan sifat keilmuannya. Suatu karangan dari hasil penelitian, pengamatan, ataupun peninjauan dikatakan ilmiah jika memenuhi syarat sebagai berikut : 1. penulisannya berdasarkan hasil penelitian; 2. pembahasan masalahnya objektif sesuai dengan fakta; 3. karangan itu mengandung masalah yang sedang dicarikan pemecahannya; 4. baik dalam penyajian maupun dalam pemecahan masalah digunakan metode tertentu; 5. bahasanya harus lengkap, terperinci, teratur, dan cermat; 6. bahasa yang digunakan hendaklah benar, jelas, ringkas, dan tepat sehingga tidak terbuka kemungkinan bagi pembaca untuk salah tafsir.
Melihat persyaratan di atas, seorang penulis karangan ilmiah hendaklah memiliki ketrampilan dan pengetahuan dalam bidang: 1. masalah yang diteliti, 2. metode penelitian, 3. teknik penulisan karangan ilmiah, 4. penguasaan bahasa yang baik.
Laporan ilmiah Laporan ialah suatu wahana penyampaian berita, informasi, pengetahuan, atau gagasan dari seseorang kepada orang lain. Laporan ini dapat berbentuk lisan dan dapat berbentuk tulisan. Laporan yang disampaikan secara tertulis merupakan suatu karangan. Jika laporan ini berisi serangkaian hasil pemikiran yang diperoleh dari hasil penelitian, pengamatan ataupun peninjauan, maka laporan ini termasuk jenis karangan ilmiah. Dengan kata lain, laporan ilmiah ialah sejenis karangan ilmiah yang mengupas masalah ilmu pengetahuan dan telnologi yang sengaja disusun untuk disampaikan kepada orang-orang tertentu dan dalam kesempatan tertentu.
Karangan/laporan ilmiah dapat dibedakan berdasarkan tujuan penulisannya. 1. Kertas kerja Kertas kerja ditulis untuk disampaikan kepada kelompok tertentu dalam suatu pertemuan ilmiah, misalnya dalam seminar, simposium, lokakarya, konferensi atau kongres. Di samping itu kertas kerja dapat juga ditulis untuk melengkapi tugas-tugas pada mata kuliah tertentu.
2. Artikel Artikel ditulis untuk pembaca tertentu, umpamanya untuk dimuat dalam majalah ilmiah. Jika artikel ini ditujukan untuk orang awam, biasanya penyajiannya secara populer dan dimuat pada surat kabar atau dalam majalah umum.
3. Skripsi, Tesis, dan Desertasi Ketiga jenis karangan ilmiah ini ditulis untuk memperoleh pengakuan tingkat kesarjanaan dalam suatu perguruan tinggi. Skripsi ditulis untuk memperoleh gelar sarjana, tesis untuk gelar Master (S2), dan disertasi untuk gelar Doktor (S3).
4. Laporan Dalam dunia perusahaan dan instansi pemerintah, kegiatan menulis laporan memegang peranan penting karena tindakan selanjutnya diambil berdasarkan laporan yang diterima. Laporan itu ada yang ditulis dalam jangka waktu tertentu yang disebut laporan periodek, dan ada juga yang ditulis berdasarkan kebutuhan dan permintaan. Laporan ilmiah biasanya ditulis oleh staf ahli.
PENULISAN KARYA ILMIAH Penulisan karya ilmiah menggunakan bahasa ragam resmi, sederhana, dan lugas, serta selalu dipakai untuk mengacu hal yang dibicarakan secara objektif. Bahan dalam karangan disebut ilmiah apabila lafal, kosa kata, peristilahan, tata kalimat, dan ejaan mengikuti bahasa yang telah ditetapkan sebagai pola atau acuan bagi komunikasi, resmi, baik tertulis maupun lisan. Kesulitan utama dalam pembakuan bahasa Indonesia ialah dalam bidang ejaan dan peristilahan.
Contoh karya tulis ilmiah: Hasil Penelitian Dr. Ir. Sulistijono, DEA. (NIP : 131651434), sosen Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Surabaya. • Karakteristik Delaminasi Pada Komposit Laminat GFRP Woven Roving dengan Pembebanan Fatik Mode I • Karakterisasi Paduan Ingat Bentuk (Shape Memory) Ti-Ni • Pengaruh Variasi Konsentrasi Asam Kromat (CRO3) dan Densitas Arus Terhadap Kualitas lapisan Hasil Proses Black Chrome Plating • Pengaruh Densitas Arus dan Konsentrasi Asam Sulfat Terhadap Ketebalan dan Kualitas Pewarnaan Lapisan Oksida pada Anodizing Al • Analisis Kegagalan Pada Baut Pengikat di Lingkungan Air Laut • Studi Parameter Proses pada Cu-Ni-Cr-Al-Y Plating dengan Metode Elektrokimia (Kajian Teoritik dan Pembuatan Prototipe)

TEKNIK PENTAS DRAMA

Drama ialah karangan yang ditulis untuk dipentasan. Drama disebut juga sandiwara, tonil atau lakon. Istilah sandiwara diciptakan oleh KGPAA Mangkunegara VII. Istilah sandiwara berati ajaran (Pendidikan) secara tersamar. (Sandi-tersamar-rahasia; warah-nasihat, ajaran). Istilah Sandiwara digunakan untuk mengganti istilah toneel yang dirasakan kebarat-baratan.
Drama tertua lahir di Yunani, Yaitu “The Suppliant” Karangan Aeschylus (525 – 456 s.M). Penulis lakon drama yang terkenal bangsa Yunani ialah Sophocles (495 – 406 s.M). Dengan hasil karyanya yang terkenal Antigone dan Oedipus tyranus
Unsur-unsur pembantu sebuah drama dalam pementasan antara lain :
1. Babak, Yaitu bagian dari suatu lakon.
Drama satu babak adh drama yang adegannya terjadi pada satul setting saja.
2. Adegan, Yaitu bagian dari suatu babak yang ditandai perubahan pemain.
3. Prolog, yaitu kata pendahuluan sebagai pengantar suatu lakon
4. Dialog, yaitu percakapan antar pelaku dalam pementasan
5. Monolog, yaitu percakapan seorang pelaku dengan dirinya sendiri
6. Epilog, yaitu kata penutup yang mengakhiri suatu lakon (pementasan).
7. Mimik yaitu ekspresi (gerak-gerik) air muka pelaku untuk memberikan gambaran emosi.
8. Pantomim, yaitu ekspresi (gerak-gerik) anggota tubuh untuk menggambarkan emosi pelaku
Menurut isi lakon, drama dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tragedi dan komedi.
1. Tragedi
Tragedi adalah drama yang penuh kesedihan karena kemalangan yang dialami pelaku
2. Komedi
Komedi adalah drama yang penuh dengan kelucuan (Penggeli hati)
3. Tragedi dan komedi
Drama tragedi dan komedi adalah drama yang penuh kesedihan tetapi
juga mengandung hal-hal yang menggembirakan/lucu
4. Opera
Opera adalah drama yang berisi nyanyian dan musik
5. Operet
Operet merupakan drama jenis opera yang pendek
6. Tablo
Tablo adalah drama tanpa kata dan gerak-gerik si pelaku.
7. Dagelan
Dagelan adalah drama yang berisi lawakan, pengocok perut.
8. Drama minikata
Drama minikata adalah drama yang dalam pementasannya hampir tidak
menggunakan kata.
9. Sandratari
Sandratari adalah gabungan drama tari, tanpa dialog
Jalannya Lakon
Tahap Rangkaian peristiwa (plot) yaitu :
1. Pada tahap Eksposisi/situation, pengarang memperkenalkan masalah, tokoh dan karakter tkoh, serta waktu dan tempat terjadinya peristiwa
2. Pada tahap konflik awal/ricing generation, tokoh mulai terlibat persoalan dengan tokoh lain, baik secara individual maupun kelompok. Biasanya konflik ini merupakan titik tolak untuk membangun konflik lain yang lebih panas.
3. Pada tahap Komplikasi /ricing circumstance, tokoh terlibat persoalan yang lebih serius, baik dengan tokoh yang telah berkonflik sebelumnya, atau dengan tokoh lain, sehingga konflik semakin menajam. Masing-masing tokoh semakin memperlihatkan keinginan atau tujuan yang hendak dicapainya.
4. Pada tahap kilmaks/climax konflik menajam bergerak ke arah puncak. Masing-masing tokoh memberikan pilihan atau tawaran jalan keluar. Tokoh jahat dan tokoh baik sama-sama berusaha menggapai keinginanya. Untuk itu, masing-masing tokoh dapat memanfatkan tokoh lain untuk memihak kepadanya. Akan tetapi, perangai tokoh akan menentukan jalan keluar yang dipilih. Tokoh baik lebih menyukai jalan keluar yang memenangkan tujuannya. Sebaliknya tokoh jahat akan memilih penyelesaian yang sesuai dengan keinginan dirinya pula.
5. Pada tahap penurunan laku/anti klimaks, konflik mulai mereda. Masing-masing tokoh menempuh penyelesaian yang diputuskan masing-masing dengan atau tanpa kesepakatan
6. Pada tahap penyelesaian/Denaument, pertentangan antarkekuatan telah berakhir. Jika penulis naskah menghendaki tema untuk mengedepankan kebaikan. Lazimnya tokoh antagonis akan mengalami kekalahan. Akan tetapi, jika pengarang ingin menunjukkan bahwa sebuah kebaikan itu tidak meudah diraih, maka biasanya tokoh baik diletakkan pada posisi kalah
7. Kalimat mengandung pikiran dan perasaan. Keuda hal ini dapat ditangkap oleh orang lain bila pembicaraan menggunakan tekanan secara benar. Tekanan dapat menunjukkan bagian-bagian kalimat yang ingin ditonjolkan
8. Ada 3 macam tekanan yang bisa digunakan dalam melisankan naskah drama: (1) tekanan dinamik (2) tekanan tempo, dan (3) tekanan nada.
9. Tekanan dinamik ialah tekanan yang diberikan terhadap kata atau kelompok kata tertentu dalam kalimat, sehingga kata atau kelompok kata tersebut terdengar lebih menonjol dari kata-kata yang lain. Misalnya, “Engkau boleh pergi. Tapi tanggalkan bajumu sebagai jaminan!” (Kata-kata yang dicetak tebal menunjukkan seorang diperintahkan melepas baju, bukan melepas yang lain.
10. Tekanan Tempo ialah tekanan pada kata atau kelompok kata tertentu dengan jalan memperlambat pengucapannya. Kata yang mendapatkan tekanan tempo diucapkan seperti mengeja suku katanya. Misalnya, “Engkau boleh pergi, tapi, tang-gal-kan ba-ju-mu sebagai jaminan!” Pengucapan kelompok kata dengan cara memperlambat seperti itu merupakan salah satu cara menarik perhatian untuk menonjolkan bagian yang dimaksud.
11. Tekanan nada ialah nada lagu yang diucapkan secara berbeda-beda untuk menunjukkan perbedaan keseriusan orang yang mengucapkannya. Misalnya, “Engkau boleh pergi. Tapi tanggalkan bajumu sebagai jaminan!” bisa diucapkan dengan tekanan nada yang menunjukkan “keseriusan” atau “ancaman” Jika diucapkan secara tegas mantap. Akan tetapi, kalimat tersebut bisa juga diucapkan dengan nada bergurau jika pengucapannya disertai dengan senyum dengan nada yang ramah
Perisiapan pementasan meliputi: (1) memlih bagian naskah yang akan didramatisasikan dan memahami isi naskah/khususnya watak tokoh; (2) melakukan pemilihan peran; (3) berlatih membaca naskah; (4) merancang setting; (5) berlatih aktin; (6) mendramatisasikan fragmen yang telah dipilih
F. Melakukan Pemilihan Peran dan Berlatih Membaca Naskah
Pemilihan peran dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan pemain yang paling tepat dalam memerankan seorang tokoh. Pertimbangan yang digunakan untuk melakukan pemilihan peran adalah: (1) Kemampuan calon aktor/aktris, (2) kesesuaian postur tubuh, tipe gerak, dan suara yang dimiliki oleh calon aktor.aktris dengan peran yang akan dimainkan, dan (3) kesanggupan calon aktor/aktris untuk memerankan tokohnya.
G. Membaca Naskah Sesuai dengan pembagian peran
H. Merancang Panggun menggunakan Pakain, dan Peralatan Pentas
Setelah para pemain hafal dialog dan menguasai gerak dan perpindahan di panggung persiapan lain yang dilakukan adalah menyiapkan panggun , peralatan pentas dan pakaian pemeran. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan dan penataan ketiga hal tersebut hendaknya mempertimbangkan aspek keindahan pandangan dan fungsinya dalan menunjuang dialog dan akting pemeran. Oleh karena itu, pakaian dan peralatan yang digunakan hendaknya dibatasi sampai ke batas minimum.
G. Berlatih Akting
Dalam berlatih akting beberapa hal yang perlu mendapat perhatian adalah: (1) ekspresi wajah, (2) gerak dan posisi tubuh, (3) gerak dan kecepatan kaki (4) gerak tangan sebagai gerak penyerta.
Memahami Petunjuk memerankan Naskah Drama
Salah satu hal yang sangat penting yang harus diperhatikan seoarang calon pemeran ialah memahami ciri-ciri tokoh yang hendak diperankan. Ada 4 hal tentang tokoh yang harus dicermati: Ciri biologis tokoh yang mencakup jenis kelamin, umur, penampilan fisik, dan kondisi kesehatan tokoh; ciri sosiologis tokoh yang mencakup pekerjaan, kelas sosial, latar belakang keluarga, status tokoh dalam masyarakat; ciri psikologis tokoh yang mencakup sifat-sifat pandangan hidup, motivasi yang mendorongnya berbuat sesuatu , dan keadaan batin secara umum; ciri etika yanag merujuk pada sistem nilai yang dipegang oleh tokoh dan kecenderungan-kecenderungan yang diambilnya ketika menghadapi persoalan atau konflik. Keempat ciri di atas akan menentukan teknik akting dan teknik vokal yang dilakukan pameran.
L. Mempersiapkan Kondisi Psikologis dan Emosi Pemeran